Kata-kata SDM Sumber Daya Manusia dan SDA Sumber Daya Alam adalah dua komponen yang ada di alam ini sejak era terjadinya jagad raya alam semesta dan kehadiran planet bumi ini menjadi tempat yang sampai saat ini dikatakan habitat hunian yang paling ideal bagi mahluk hidup. Mahluk hidup terhebat diantara semua yang ada di bumi adalah manusia. Karena hanya manusia yang mampu berevolusi dan merevolusi membangun kecerdasannya yang berupa antara lain peradaban dan memberi label kepada seluruh aspek yang ada di bumi dan alam semesta.
Eksistensi peradaban manusia itu dengan uniknya membentuk keterpautan umat manusia yang secara sistematik mencakup merasuk semua kategori yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Buah tangan peradaban dengan label-label atau diberi penamaan dan disepakati melalui komunikasi verbal atau cara lainnya yang melahirkan pemahaman bersama baik lokal mau pun universal seperti politikus, pengusaha, pedagang, peneliti, pemangsa, makelar, buruh, pemerintah, swasta, masyarakat, perbankan, hukum, kemanusiaan multi aspek lokal, nasional, regional, global tak terbatas. Maka terentuklah jejaring peradaban yang melalui proses pembelajaran menjadi pangkal tolak polah tingkah manusia di bumi ini dari masa lalu dan masa seterusnya.
Dalam kecerdasan yang lahir dari proses pembelajaran itu, sejak purbakala manusia telah memahami nilai SDA dan SDM saling kompetisi untuk menguasai SDA itu. Dalam sejarah dominan SDM / bangsa yang kuat menjarah bangsa yang lemah untuk menguasai SDA. Contohnya bagaimana berlian India Koh-i-Noor yang tersohor itu menjadi milik Britania. Bagaimana Belanda mengejar menguasai bumi rempah ke Nusantara. Bagaimana hebohnya gunung emas Grasberg Freeport. Cerita bajak laut yang tempo dahulu suka singgah di Singapura dengan kapal penuh awak orang petualang yang rata-rata miskin namun nekad dengan mimpi cari SDA menjadi kaya instan.
Meski adagium kejayaan suatu bangsa amat tergantung SDM, bukan tergantung SDA, nyatanya misi-misi yang dilakukan oleh bangsa yang paling hebat di dunia ini masih sama dengan bajak laut purbakala yaitu mencari SDA bahkan kini misi angkasa ke planet lain yang masih juga belum berhasil dengan lebih menguntungkan menurut ukuran buatan manusia menggantikan nilai SDA yang ada di planet bumi. Bahwa SDA menentukan masa depan bumi manusia tak bisa dihindarkan. Kerusakan SDA oleh olah SDM pelan dan pasti menggilas SDM itu sendiri.
Bahaya lain datang dari kecerdasan manusia berupa SDM yang bertitel pendidikan tinggi sering terjebak dalam peran perusak SDA melebihi SDM biasa alami. Hasil pendidikan SDM yang katanya moderen tidak semuanya membuat orangnya melek SDA yang lestari bertambah berkelanjutan. Saat ini banyak SDM dengan titel pangkat status mentereng memfasilitasi membiarkan merekayasa mengoperasi akses orang papa menguras SDA. Dengan persuasi ilmu pengetahuan moderen dalam memperlakukan SDA maka konversi lahan bumi terus terjadi melampaui daya dukung bumi.
Dalam eksistensi peradaban mannusia itu, bahwa di dunia ini segala kejadian berawal dari surat yang merupakan isi dokumen. Tuhan Allah sampai sekarang tetap pakai surat dalam kitab suci untuk mengelola manusia. Kurirnya para Nabi dan pembawa pesan itu membawa misi kepada manusia. Manusia yang pandai membuat surat menjadi dokumen, mampu membuat pemanfaatan SDA dengan merekayasa surat dokumen untuk tujuan putih hitam abu abu.
Dengan surat dokumen Negara tertentu dengan tulusnya mengucurkan dana amat besar untuk pengelolaan SDA Lingkungan. Caranya dengan melalui PBB menunjuk negara tertentu menjadi obyek proyek massif lingkungan internasional. Dalam prakteknya terjadi uang habis dengan hasil nihil. Jangan tanya kemana duit itu habis. Pola ini sampai saat ini masih terjadi dilakukan bisnis dokumen. Cara lainnya di Kalimantan buruh kebun sawit dan atau usaha sumberdaya alam dominan dimiliki mempekerjakan pendatang kaya selaku bossnya dan semua buruhnya orang miskin yang direkrut di gaji apa adanya. Nilai tambah SDA dilalukan agar mengalir terjadi di luar daerah penghasil. Daerah lokasi SDA memang tak boleh maju pembangunannya, karena dengan kebodohan daerah akan memudahkan manipulasi sesuai niat memeras SDA. Populasi miskin yang dominan di daerah tertentu dimanfaatkan manusia petualang gaya baru seraya memperkaya diri seiring untuk tujuan akhirnya menguasai SDA. Tokoh Nasional tertentu bahkan terkontaminasi dan terjebak memberi perannya dalam membangun jejaring eksploitasi SDA ini.
Tekanan populasi SDM daerah lain diarahkan akses SDA daerah yang rendah kepadatan penduduk. Kasus kelompok tertentu di wilayah tertentu pendatang kuasai aset / tanah. Menyalahkan aset tanah tak terurus tak ada dokumen syah menurut ukuran mereka, bahwa aset bisa di cari, nyawa hilang tak bisa di cari. Kelompok manusia aneh ini adalah permainan peradaban manusia sendiri atas pendewaan gaya baru untuk menggunakan dokumen dan aspek lainnya seperti batas pemahaman terhadap supranatural berupa misalnya agama dipakai menjadi alat politik menguasai SDA memperkaya diri oleh inisiatornya. Pemerintah terkecoh karena di fight accomplied dengan upaya pengentasan kemiskinan dan hak azasi manusia yang juga dibuat berdasarkan ukuran manusia juga.
Di Indonesia orang yang menentang pola ini di ancam dengan kata "takut dampak sosial atau menghadapi dampak hukum". Kekuatan penguasaan aset tanah daerah ini ada di tangan pihak yang sudah profesional dari pusatnya (ibu kota) dan tahu persis kelemahan pemerintah dan masyarakat daerah. Mereka membuat kajian tersembunyi untuk menjalankan misinya. Sayangnya bila didalami hampir semua itu terkait monopoli orang-orang kuat dari pusat atau daerah tertentu. Pejabat lokal tak mau repot melawan orang-orang kuat itu, selain menghindar atau ikut main. Cara terbaru orang kaya dari luar mendanai mengatur seseorang lokal mengklaim SDA berupa tanah negara dan kemudian datang pihak lokal lain saling klaim tanah yang sama saling gugat seraya merekayasa dokumen sebagai alasan menghadapi kasus perkara. Ujungnya semua itu hanyalah sandiwara menilep tanah negara. Makanya terjadi kekacaun tata ruang daerah yang amat parah.
Proyek lingkungan difasilitasi para pakar PBB dan pakar terkemuka dunia bahkan masih dominan ternyata hanya terjebak menjadi askes legal menghabiskan dana pengelolaan lingkungan global. Para tokoh dari global sampai lokal yang menikmatinya saling menutupi jejak dalam menghabiskan dana seperti ini. Kegagalan global mengelola SDA menyajikan data informasi yang secara massif dipublikasi media mengglobal menakutkan tentang arah kelamnya hidup manusia di dunia. Lalu kembali manusia menggagas proyek baru untuk mengelola dampak kegagalan proyek lingkungan global bahkan ke angkasa luar mencari kompensasi SDA. Pola proyek kelola SDA global seperti ini, meski tak berhasil, belum ada atau amat rumit untuk diajukan kepengadilan manusia. Indonesia yang SDA nya lengkap dan amat global strategis telah, sedang dan akan terus menjadi lokasi yang lukratif bagi lokasi proyek SDA global, baik yang putih hitam abu abu.
Orang-orang yang tak memperoleh akses ke SDA langsung tidak langsung merespon dengan ragam cara pula. Respon tersebut juga sama berbentuk hitam putih abu-abu.