Lihat ke Halaman Asli

Herry Wardono

Teknik Mesin

Tungku Bata Api untuk Tingkatkan Produksi Gula Kelapa di Desa Purworejo, Lampung

Diperbarui: 10 November 2018   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Judul Lengkapnya: Rancang Bangun Tungku Bata Api untuk Meningkatkan Produksi UKM Gula Kelapa di Desa Purworejo Pesawaran Lampung

Desa Purworejo berlokasi di kecamatan Negerikaton kabupaten Pesawaran propinsi Lampung yang berjarak 28 km dari Universitas Lampung, dan sejauh   5 km dari Gedong Tataan (ibukota Kabupaten). 

Desa Purworejo memiliki luas daerah sekitar 375 ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 3.154 jiwa dan 911 kepala keluarga. Di Desa Purworejo banyak tumbuh tanaman kelapa hibrida. 

Nira kelapa yang berasal dari tandan buah kelapa hibrida ini dimanfaatkan oleh masyarakat desa Purworejo untuk dijadikan gula merah (gula kelapa) melalui pemasakan. Di desa Purworejo saat ini terdapat sekitar 25 industri rumah tangga yang memproduksi Gula Kelapa, dengan skala produksi yang bervariasi.

Proses pemasakan nira kelapa sebanyak 105 hingga 160 liter membutuhkan waktu sekitar 4 hingga 5 jam yang menghasilkan gula kelapa sebanyak 18 hingga 28 kg. Saat ini, proses pemasakan nira kelapa masih menggunakan tungku konvensional dari bata merah dengan bahan bakar biomassa seperti kayu karet. 

Kayu karet biasanya dibeli oleh petani dengan harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, sebagian besar UKM Gula kelapa ini  mencari bahan bakar biomassa lain untuk digunakan sebagai bahan bakar tambahan, yaitu menggunakan sampah-sampah pertanian/ perladangan, seperti ranting kayu, batang bambu, dan sekam padi dalam bentuk aslinya.

Masalah lain yang tidak kalah penting adalah tungku konvensional yang cepat retak-retak dan pecah-pecah (sehingga banyak panas pembakaran yang hilang). Hal ini mengakibatkan borosnya konsumsi kayu bakar, waktu masak lebih lama, kondisi udara di sekitar tungku yang cukup panas saat memasak, dan polusi udara serta kurang bersihnya lingkungan di sekitar area kerja.                                                        Tungku Konvensional, Retak dan Pecah, Tidak Memiliki Saluran Udara masuk dan Gas Buang yang Layak

Hal ini semua terjadi karena dangkalnya keilmuan masyarakat pembuat gula kelapa akan pembuatan tungku pemasakan yang baik, yang memberikan proses pembakaran yang optimal. 

Oleh karena itu, pengenalan teknologi pembuatan tungku pemasakan yang efektif, ekonomis, dan ramah lingkungan dirasa sangat perlu diberikan kepada Masyarakat Pembuat Gula Kelapa masyarakat Desa Purworejo ini. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan penghasilan masyarakat Pembuat Gula Kelapa tersebut.

Dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung, yakni Herry Wardono, Mohammad Badaruddin, dan Simparmin Br Ginting, masuk ke desa Purworejo untuk melatih masyarakat mencarikan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tungku masak gula kelapa ini, yaitu memberikan penyuluhan terkait proses pembakaran dan konstruksi tungku masak yang baik, mengganti bahan utama tungku dari bata merah menjadi bata api SK32, rancang bangun tungku masak yang memiliki saluran udara masuk dan saluran gas buang yang baik, juga celah di dinding tungku sebagai heat losses isolator.

Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan dana dari Kemenristekdikti melalui skim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) tahun 2018. Pembuatan tungku bata api SK32 ini pada intinya memerlukan keahlian khusus, karena tidak memerlukan semen untuk menyambungkan antar bata api ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline