Tenang, tenanglah jiwaku
badai tetaplah badai
biarkan, biarkan saja
jika pun ngerinya menusuk kalbu
ia tetaplah badai yang kan reda
tak usah dilawan, tak usah dipaksa menghilang
bertahan saja, jiwaku, bertahan dalam pedih lukanya
bertahan dalam tangis yang mungkin terasa lama
Ingatlah, jangan sampai terlupa wahai sang kalbu
seribu satu alasan tuk menyerah, abaikan
ya, abaikan saja, jangan hiraukan
suara-suara yang bikin rapuh meluruh
tak seharusnya membuatmu lelah dan kalah
cobalah tetap berdiri tegak di tengah badai, wahai diriku
cobalah berdiri tegak, berdiri tegak tak tergoyahkan
Jikapun badai masih terasa kuat
mungkin itulah kehidupan yang terasa lengkap
karena dari sudut pandang lain, oh hatiku
bukankah kau juga sering terlena dengan angin semilir
terpukau dengan halus ramahnya simfoni semesta
yang membuatmu terpaku dan menangis haru, wahai sukmaku
Tetaplah bertahan, sang diriku
ingatlah bersamamu burung-burung kecil
menunggu redanya badaimu agar mereka bisa lagi berkicau
mari tersenyum, wahai jiwaku, mari tersenyum
lihatlah Sang Guru memberikanmu kekuatan
menopangmu dalam kesesakan
jangan kecewakan Dia, jiwaku
karena engkau adalah murid kehidupan
yang tak bisa lepas dari kasih setia Sang Guru
Tenang, tenanglah, jiwaku
Tenang, tenanglah...
Citayam, 10 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H