Lihat ke Halaman Asli

Giring, Uang, dan Emas

Diperbarui: 26 Agustus 2020   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lensaindonesia.com

Selasa (25/8) sore, saya tertawa ngakak. Bukan menertawai Giring yang dicalonkan partainya, PSI, untuk bertarung di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.  Saya tertawa karena melihat tingkah polah dua bocah kembar dan gundul, dalam film Upin Ipin. Meski film anak-anak ini sering diputar ulang oleh stasiun televisinya, namun kelucuannya tetap bisa mengundang gelak tawa saya.

Kisahnya sederhana. Upin Ipin takut dimarahi Kak Ros. Apa sebab? Es krim pesanan Kak Ros mencair saat Upin Ipin asyik bermain dengan teman-temannya, seperti Jarjit, Mei Mei, Mail, dan Fizi. Selesai bermain dan dalam perjalanan pulang, dengan ekspresi yang imut, lucu, dan terkesan takut-takut, tiba-tiba Upin Ipin menemukan selembar uang kertas 100 ringgit di jalan. Wajah kedua bocah ini berubah menjadi cerah. Mata mereka melotot senang.

Mereka berpikir uang itu bisa diambilnya dan dibelikan es krim sebagai pengganti es krim Kak Ros yang cair. Namun, mereka juga ingat pesan Opah, neneknya, agar tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Singkat cerita, Upin Ipin tidak mengambil uang tersebut untuk diri mereka. 

Namun dikembalikan kepada yang punya, yaitu Uncle Ah Tong, yang kebetulan sedang bingung mencari uangnya yang hilang. Dari mengembalikan uang tersebut, Upin Ipin diberi uang jajan 10 ringgit oleh Uncle Ah Tong. Mereka senang dan uang tersebut dibelikan banyak es krim, untuk Kak Ros dan neneknya.

Itu yang saya lihat di sore hari, sebuah film anak-anak, yang sebenarnya sangat sering saya tonton. Selain menghibur, saya tidak jarang mendapatkan inspirasi dari Upin Ipin untuk menulis buku anak-anak.

Malam harinya, di waktu menjelang dini hari, saya juga menonton film. Tapi bukan film anak-anak. Sebuah film genre action-thriller berjudul The Vanishing. Film ini mengisahkan tiga penjaga mercusuar.

Cerita mengalir seru setelah para penjaga mercusuar tersebut menemukan peti berisi emas. Alih-alih mengembalikan kepada yang punya, ketiga penjaga mercusuar bermaksud menyembunyikan emas-emas batangan dan hendak dijualnya untuk kepentingan pribadi. Kisah film tersebut semakin klimaks karena gara-gara emas yang ditemukan dan bukan menjadi hak mereka, ketiga penjaga mercusuar harus terlibat pertengkaran dengan orang yang ingin meminta emas tersebut. Bahkan, mereka terlibat pembunuhan.

Mungkin cerita akan menjadi lain jika tiga penjaga mercusuar tersebut mengembalikan emas yang ditemukan kepada pemiliknya. Namun, ini bukan cerita seperti Upin Ipin yang sederhana untuk konsumsi anak-anak. Upin Ipin akan dengan mudah kisahnya dialirkan untuk memberikan nilai-nilai kebaikan, bahwa yang bukan hak kita, jangan diambil. Jika menemukan suatu barang atau uang, kembalikan kepada yang punya.  

Film tentang tiga penjaga mercusuar adalah film dewasa, yang kisahnya dialirkan dengan menggunakan logika orang dewasa, lebih rumit dan seru. Namun, setidaknya saya bisa menangkap dua hal yang berkaitan, menurut versi saya sendiri. Uang dan emas bisa melambangkan kemakmuran, ketenangan, kekayaan, kekuasaan, juga sebagai modal untuk mewujudkan mimpi demi mimpi untuk meraih kesuksesan.

Lalu, apa hubungan kedua film tersebut dengan Giring. Sebenarnya tidak ada hubungannya. Hanya faktor kebetulan saja bagi saya. Mendengar dan membaca berita Giring Ganesha dicalonkan partainya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk bertarung di pilpres mendatang, ingatan saya langsung tertuju pada film Laskar Pelangi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline