Lihat ke Halaman Asli

Lukaku, Tidak Hanya Sebuah Nama yang Terluka

Diperbarui: 22 Agustus 2020   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

teamtalk.com

Saya menduga, orang yang paling terluka atas kekalahan Inter Milan, yang takluk oleh Sevilla di Final Liga Europa, Sabtu (22/8) dini hari tadi, adalah Lukaku. Itu saya landasi dengan alasan sederhana: Lukaku yang mencetak gol terlebih dahulu ke gawang Sevilla lewat tendangan penalti, namun Lukaku juga yang membuat Inter kalah karena gol bunuh diri sang pemain ini ke gawang klubnya sendiri.


Sebenarnya, seingat saya, Lukaku juga pernah mencetak gol ke gawang timnya sendiri alias gol bunuh diri ketika bermain untuk Manchester United (MU). Waktu itu saya melihat siaran langsungnya di Liga Inggris, saat MU dibesut pelatih kondang Jose Mourinho. Terjadi kemelut di depan gawang MU saat tim lawan mendapatkan hadiah sepak pojok. Bola menyentuh badan Lukaku dan masuk ke gawang timnya sendiri. 


Lepas dari itu semua, sebenarnya pagi ini saya hanya terinspirasi nama Lukaku itu. Dalam bahasa Indonesia, luka tidak jauh-jauh amat dari suasana duka, sakit, kecewa, gagal, dan situasi tak mengenakkan lainnya. Jika ditambahi 'ku', menjadi lukaku, berarti itu bisa saya maknai sebagai luka saya, hal-hal menyakitkan yang saya alami.


Memang kebetulan pagi ini, Lukaku sang pemain kondang sepak bola sedang terluka, pas dengan namanya. Namun, itu dari sudut pandang bahasa Indonesia. Kebetulan saja namanya bisa diartikan dari sisi bahasa Indonesia, dan dari aspek kebetulan itulah saya mengalirkan tulisan ini. Dihubung-hubungkan saja, dikait-kaitkan, menjadi inspirasi saya untuk menuntaskan tulisan ini.


Dengan kata lain, Lukaku tidak sekadar nama. Lukaku tidak hanya mewarnai dunia sepak bola. Pagi ini saya manfaatkan untuk menghibur diri saya, yang kebetulan juga sedang terluka karena suatu sebab. Luka itu pun tak boleh dibiarkan. Setidaknya, saya harus bisa menghibur dan menguatkan diri, karena jika hanyut terbawa luka terlalu lama, maka hidup tidak akan mencerahkan.


Salah satu cara saya menghibur diri adalah seperti dini hari tadi, menonton bola. Permainan apik dari kedua klub, yang kebetulan ada Lukaku sebagai pemain, selain menghibur, malah menjadi satu sumber bahan tulisan ini. Hiburan yang menyenangkan, membuat saya bisa tersenyum, dan perlahan luka atau kekecewaan yang saya alami sirna.


Selain nonton bola, menghibur diri ala saya, ya dengan menulis. Apa yang saya lakukan saat ini, sehingga Anda bisa membaca tulisan ini, sebenarnya tujuan utama adalah menghibur diri sendiri. Saya tuangkan isi hati yang terluka karena kecewa dalam bentuk kata demi kata. Daripada saya mengeluh di tempat yang salah, atau dengan cara yang tidak tepat, misalnya sekadar curhat di media sosial atau bikin status sedih di medsos, lebih baik saya menuliskannya di sini.


Setidaknya cara saya ini lebih bermanfaat. Selain menambah koleksi atas artikel yang saya buat, juga bisa menginspirasi orang lain. Namun, sekali lagi, tujuan utamanya adalah menghibur diri. Jika sudah selesai menulis maka hati akan plong dan bisa kembali merasa puas, senang, bahagia.


Lukaku, meski mengalami kesedihan karena timnya kalah, saya yakin ia tidak akan berlama-lama merasakannya. Sebagai pemain bola profesional, ia pasti akan mudah move on; bangkit dari luka lalu kembali bermain dengan ciamik penuh power dan energi, demi bisa menghibur para penikmat bola; terutama para fans klub yang dibelanya.


Dengan demikian, Lukaku tidak hanya sebuah nama yang terluka karena ia sedang mengalami kekalahan. Lukaku juga merupakan cermin diri saya sendiri, sebagai penikmat bola, yang kadang mengalami luka, kadang juga bisa merasakan bersenang-senang dengan hati gembira.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline