Lihat ke Halaman Asli

Memerdekakan Ide Memfokuskan Tujuan

Diperbarui: 14 Agustus 2020   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com

Bulan ini, Agustus 2020, bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaan. Genap 75 tahun Indonesia merdeka. Bersukacita sebagai warga negara yang merdeka, saya pun akan mencoba memaknainya dengan tulisan ini. Terinspirasi dari kata "merdeka", saya akan mengalirkannya menjadi sebuah bentuk merdeka dalam menulis.


Kemerdekaan yang terlahir karena perjuangan para pahlawan, menurut saya, diawali dengan ide atau gagasan ingin merdeka. Ide tersebut lalu diwujudkan dalam tindakan, yakni berjuang memerdekakan Indonesia dari penjajahan. Perjuangan itu pun tidaklah murah, harus dilandasi dengan pengorbanan, jiwa maupun raga.


Maka saya bisa mengatakan, "Ide itu mahal!" Ide untuk merdeka, misalnya, yang kemudian direalisasikan dengan usaha tanpa henti, penuh perjuangan, pengorbanan, dan doa, patut kita hargai. Kita kenang jasa para pahlawan dan tak boleh melupakannya. Ingat pesan penting yang sering kita dengar, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah!"


Itu karena di dalam sejarah, selain menghargai jasa para pahlawan, juga banyak ide besar mengagumkan yang bisa kita kembangkan di masa kini, saat kita giat-giatnya membangun bangsa, menyejahterakan rakyat, dan memaknai kehadiran kita di tengah-tengah kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.


Itu sekilas makna merdeka atau memerdekakan yang berkaitan dengan perjuangan para pahlawan hingga bangsa ini berhasil berada di momen "proklamasi". Memproklamasikan kemerdekaan dan terbebas dari belenggu penjajahan; kemudian melanjutkan pembangunan untuk satu tujuan: kesejahteraan rakyat.


Lalu, bagaimana memerdekakan ide versi saya sendiri?


Setidaknya saya bisa ambil contoh aktivitas kesukaan saya yakni menulis. Bagi saya, menulis merupakan satu bentuk memerdekakan ide dan saya bisa belajar memfokuskan tujuannya.
Memerdekakan ide dari rasa malas.
Memerdekakan ide dari rasa rendah diri.
Memerdekakan ide dari kebodohan, gaptek, atau ketinggalan informasi.
Memerdekakan ide dari ujaran kebencian, kebohongan, atau kemarahan.


Itu hanya sekadar contoh bagaimana saya berproses menulis agar ide bisa keluar dengan lebih mudah dari dalam diri saya, membentuk satu tulisan yang bermutu. Setidaknya tulisan yang enak dibaca, dinikmati, dan ada "sesuatu" yang bisa menginspirasi pembaca sehingga mereka yang menikmati tulisan saya tidak merasa "terjajah" atau terpaksa membaca kata demi kata yang saya sampaikan. 


Tidak hanya sebatas ide yang sudah merdeka dari dalam diri saya yang kadang diliputi rasa malas menulis, atau rasa rendah diri, bahkan rasanya ingin menulis sebanyak mungkin sehingga ide seakan menjadi hal yang dipaksakan, tidak bebas merdeka mengalir dengan deras tapi lembut. Ide tersebut juga harus saya fokuskan pada tujuan yang jelas.


Setidaknya, banyak orang menulis untuk mencapai tujuannya. Ada yang bertujuan mendapatkan honor, ada yang bertujuan ingin membangun relasi baru dari tulisan, ada yang bertujuan hanya sekadar eksis, ada pula yang bertujuan menginspirasi banyak orang, memotivasi sesama yang sedang jatuh dalam kesulitan hidup. Begitu banyak tujuan menulis, dan sebagian besar dari itu semua, saya ada di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline