Sebenarnya saya sangat jarang menulis artikel bertema politik. Namun, saya tergelitik untuk meramaikan kali ini karena bisa saya tuliskan dari sisi-sisi yang rileks saja.
Anggap saja tulisan ini untuk hiburan. Kalau bisa sebagai humor ya silakan-silakan saja.
Nah, kalau ternyata sudah ada yang menuliskan sesuai dengan sudut pandang yang sama dengan saya, saya mohon maaf. Itu karena ketika menulis naskah ini, saya belum membaca banyak tulisan bertopik "Polemik Penghargaan Tanda Jasa".
Saya mulai saja dengan analisis ringan, enteng, tentang dua nama tokoh ini. Fadli Zon-Fahri Hamzah. Nama pertamanya sama-sama diawali dengan huruf F dan diakhiri dengan huruf i. Bahkan, huruf keduanya pun sama, yaitu a. Sementara itu nama belakangnya sama-sama memiliki huruf z. Jadi, dari sudut pandang nama, sudah istimewa karena punya persamaan.
Hal istimewa lainnya, Fadli dan Fahri sama-sama dikenal sebagai tokoh yang berani mengkritik pemerintah. Meski menurut banyak pihak kritikan mereka tidak selalu tepat, setidaknya apa yang dilakukan Fadli dan Fahri mampu mengundang perhatian publik.
Pihak yang pro Fadli-Fahri tentu merasa senang dengan kritik-kritik yang mereka lontarkan. Sementara itu, pihak yang berlawanan akan menganggap mereka hanya sebagai pengganggu pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Namun, pernahkah kita secara langsung bertanya kepada Pak Jokowi, apakah beliau merasa terganggu? Jangan-jangan Pak Jokowi malah terhibur dengan apa yang dilakukan Fadli-Fahri, sebagai penyeimbang karena di lingkungan sekitarnya, Pak Jokowi sudah kenyang dengan pujian.
Kita tak pernah tahu, bagaimana jika ternyata, Pak Jokowi membutuhkan keseimbangan, kritik dan pujian, bahkan caci maki dan sanjung puji, agar hidup Pak Jokowi tidak hambar, tidak datar-datar saja?
Pemberian penghargaan Bintang Mahaputera Nararya oleh Presiden Joko Widodo belum terjadi; baru akan. Namun, keramaiannya sudah terjadi, termasuk di Kompasiana ini.
Secara tidak langsung, menurut saya dari sisi lucu-lucuan saja biar kita tidak tegang dalam membaca tulisan ini, Kompasiana sudah memberikan panggung kepada Fadli-Fahri menjadi semakin populer.
Jadi memang kedua tokoh ini istimewa, bukan? Jika tidak istimewa saya yakin Kompasiana tidak akan mengangkat topik "Polemik Penghargaan Tanda Jasa" ini. Inspirasinya ya dari nama Fadli-Fahri.