Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Iman Budhi Santosa, Cak Kandar (Interlude), dan Magetan

Diperbarui: 12 Agustus 2024   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memoar Iman Budhi Santosa/Foto: Hermard

"Sebenarnya  Mas Iman Budhi Santosa (IBS), sastrawan senior Yogyakarta, kurang berkenan ketika diundang ke Magetan. Ia merasa sudah tidak mempunyai kedekatan emosi, meskipun banyak memori tertanam di tanah kelahirannya. Kenangannya banyak yang pedih karena rumah Embah (nenek)-nya pun sudah tidak ada...," jelas Cak Kandar (26/7/2024) saat menyambangi Omah Ampiran, Randugowang, Sleman, Yogyakarta.

Meskipun begitu, seperti dituliskan Cak Kandar (Sukandar Sutandharu), orang nomor satu di penerbit Interlude, dalam akun instagramnya, walaupun  owel (keberatan) ke Magetan, diam-diam IBS menyiapkan  naskah untuk rencana itu. 

Hanya saja kemudian pandemi melanda, sampai akhirnya IBS menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa  (10 Desember 2020). Banyak hal  kemudian tertunda dan berubah.

Pada Desember 2023, atas inisiasi teman-teman Magetan, Ki Sugito HS dan @dbuku_org, terwujudlah  gelaran Festival Sastra Iman Budhi Santosa. Semua ubarampe telah disiapkan: diskusi/bedah buku, pembacaan/musikalisasi puisi karya IBS, dan workshop penulisan.

Mengenang IBS/Foto: Magetankita.com

"Kami, akhirnya nunut mulya berkat naskah yang dulu hendak dikepyakake di Magetan bersama IBS. Diajak  menerbitkan memoar IBS lewat buku Magetan: Bumi Kelahiran dengan hanya meletakkan logo mesin ketik. Kami diberi kesempatan hadir berbagi kisah di gelaran festival Dbuku, Magetan, akhir tahun 2023," papar Cak Kandar.

Kemudian Cak Kandar bersama enam orang lainnya dari Yogyakarta, di antaranya Hasta Indrayana, Latief S Nugraha, dan Wage Daksinarga,  turut napak tilas  tanah kelahiran IBS. 

Menyusuri alun-alun kota Magetan yang sudah tidak lagi banyak ditumbuhi kalakanji (tanaman rumput) seperti zaman IBS kecil. Melihat tempat-tempat yang sering didongengkan IBS saat di sor sawo Dipowinatan (runah kontrakan di Yogya), menapaki Jalan Kemasan  (dulu menjadi alamat IBS di Magetan). Menyaksikan Masjid Agung, Sungai Gandong, makam-makam yang sering dikisahkan IBS. Tentu dengan wajah yang sudah amat sangat berbeda.

Buku Magetan: Bumi Kelahiran (2023), menjadi berkah atas pertautan Cak Kandar (dan Interlude) dengan IBS. Menjadi bukti betapa IBS layak dicatat dan diingat jejak tapak hidupnya, karya-karyanya.

Siapa pun penyair dan sastrawan Yogyakarta tentu mengenal dengan baik sosok IBS,  penyair kelahiran 28 Maret 1948 sebagai anak tunggal pasangan Iman Sukandar dan Hartiyatim. 

Ia turut serta mandegani keberlangsungan Persada Studi Klub (PSK) bersama Umbu Landu Paranggi, Soeparno S Adhy, Emha Ainun Nadjib, Teguh Ranusastra Asmara, Ragil Suwarna Pragolapati, Mugiyono Gito Warsono, dan M. Ipan Sugiyanto Sugito. 

Sosok IBS-lukisan Toni Malakian/Foto: Hermard dari buku Nunggak Semi

Banyak mahasiswa, sastrawan muda, penyair, penggiat sastra yang nyantrik, ngangsu kaweruh di bawah pohon sawo (sor sawo) Dipowinatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline