Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Perjalanan ke Timur, Rujak Mak Pat, dan Tiga Situs Majapahit

Diperbarui: 15 Juli 2024   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari rujak Mak Pat sampai Candi Brahu/Foto: Hermard

Tepat pukul 06.45 WIB (5/7/2024) ular besi Sancaka dengan sembilan gerbong mulai melata dan kian bergerak cepat dari Stasiun Tugu Yogyakarta ke arah timur menuju Stasiun Gubeng Surabaya. Desisannya terus meraung sepanjang perjalanan, terutama saat akan melewati perlintasan kereta api tanpa palang pintu.

Di gerbong eksekutif dua deretan depan, saya dan Ibu Negara Omah Ampiran menempati kursi di antara bule-bule dengan tujuan Mojokerto. Rasa-rasanya wisatawan dari Amerika, Perancis, dan Jerman itu akan menuju gunung Bromo dari jalur kota kecil Mojokerto.

Bagi saya, kembali ke Mojokerto adalah memunguti remahan kenangan-kenangan masa lalu yang mewarnai perkenalan dengan Ibu Negara Omah Ampiran.

"Kita langsung ke rujak Mak Pat. Rujak cingurnya mantap," ujar Mbak Martini dan Mas Agus yang menjemput kami di stasiun.

Warung Mak Pat/Foto: Hermard

Dalam waktu sekejap kami sudah sampai di warung dengan dominasi warna hijau. Maklum warung dan stasiun berada dalam satu kecamatan, Kranggan. 

Warung Mak Pat Berada di ujung gang Panggreman V, Kranggan, Mojokerto, berbatasan langsung dengan lapangan sepak bola. Masuk sekitar dua ratus meter dari Jalan Raya Pahlawan.

"Bangunan aslinya berdinding gedek, anyaman bambu. Ada pohon rindang di samping dan di atasnya terdapat kotak kandang merpati. Sekarang bangunannya sudah permanen, tidak ada pohon dan kandang merpatinya," jelas Mas Agus sambil mengenang masa tahun tujuh puluhan.

Mak Pat (Patimah) dengan gesit melayani pesanan tiga porsi rujak cingur matengan. Di depannya terdapat layah (cobek) besar. Dengan cekatan ia mengulek menghaluskan kacang, bawang putih, terasi, cabai rawit, gula merah, dan garam. Ditambahkan petis dan air asam. 

Mak Pat beraksi/Foto: Hermard

Tangannya mengaduk rata, sehingga permukaan cobek menjadi berwarna kecokelatan. Kemudian ia mengiris cingur sapi rebus, mentimun, krai, tempe, tahu goreng, dan lontong. Menambahkan kangkung, lalu toge rebus. Semua ditaruh di atas cobekan, terbagi langsung dalam tiga porsi yang kemudian dicampur rata dengan bumbu ulekan.

"Irisan pisang kluthuk yang ikut diulek bersama bumbu kacang, membuat rujak terasa gurih dan nyamleng. Apalagi petis dan bumbu kacangnya melimpah," ujar Ibu Negara Omah Ampiran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline