Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Selincam Cornel Simanjuntak: Pertunjukan Panggung, Musik, dan Kekuatan Kata

Diperbarui: 7 Juni 2024   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selincam Cornel/Foto: Memet Chairul Slamet

Biasanya aktor sekaligus sastrawan kawakan, Landung Simatupang, selalu naik panggung dengan pembacaan naskah atau bermain teater. Berbeda dengan pementasan kali ini (4/6/2024), di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, terasa begitu istimewa lewat pementasan   bertajuk Selincam Cornel Simanjuntak: Sang Komponis dan Musiknya. Lelaki paruh baya itu memadukan media seni pertunjukan dengan  elemen musik mini orkestra, paduan suara, pembacaan dramatik aktor, dan seni visual kontemporer.

Seperti yang dituliskan dalam akun pribadinya, Landung menjabarkan jika pergelaran ini merupakan cerapan atas mahakarya Cornel Simanjuntak - suatu interpretasi personal yang dihadirkan ke masyarakat penonton melalui media seni pertunjukan.

"Alih-alih menggunakan penggayaan musik klasik-serius, pergelaran kolaboratif ini memilih menggunakan mode penggayaan musik yang lebih akrab di telinga masyarakat awam, sehingga gagasan untuk membumikan karya-karya Cornel akan dapat tercapai, tanpa mengurangi daya magis, artistik, dan poetika setiap karyanya," ungkap Landung.

Narasi-narasi kecil yang  dihadirkan melalui bacaan dramatik aktor menjadi wadah guna merangkai ingatan personal mengenai sosok Cornel Simanjuntak, sekaligus ajakan bagi masyarakat dan generasi penerus untuk meneladani salah satu pahlawan musik Indonesia yang mulai dilupakan.

Antusiasme penonton/Foto: Hermard

Proses kreatif pertunjukan diawali  pemikiran Landung  bahwa sesungguhnya Cornel Simanjuntak merupakan tokoh pelopor, meskipun ia tidak setenar Chairil Anwar dalam dunia sastra Indonesia, khususnya puisi. Karya-karya Cornel kurang diketahui, apalagi diapresiasi oleh masyarakat. 

Secara kebetulan Landung mempunyai ingatan-ingatan personal terhadap cerita-cerita mengenai Cornel Simanjuntak dari kedua orang tuanya. Ayahnya merupakan teman sekolah, seasrama, saat Cornel sekolah di Hollandsche Indische Kweekschool (HIK)-  sekolah keguruan Xaverius College di Muntilan. 

Ingatan-ingatan itulah yang dirangkai Landung untuk melengkapi bahan utama dari naskah Binsar Sitompul dan  Hesri  Setiawan tentang Cornel Simanjuntak. Dari bahan-bahan itulah skrip ditulis dan digarap menjadi satu pementasan.

"Ini sebenarnya merupakan upaya sederhana untuk  mencoba menggelitik, menumbuhkan reapresiasi terhadap Cornel Simanjuntak dan karya-karyanya agar lebih dikenal generasi muda," harap Landung lewat tayangan pendek di akun instagramnya.

Sita dan Asriuni/Foto: dokpri Hermard

Tidak berlebihan jika Landung, lulusan Sastra Inggris UGM,  mengedepankan sosok Cornel Simanjuntak dalam pertunjukan panggung dengan melibatkan beberapa aktor panggung, pemusik, dan penyanyi, antara lain Putu  Alit Panca, Irfanuddien Ghozali, Rolly Roudel, Sita Nursanti, Enji Sekar, Bagus Masazupa, Oscar Artunes, Asriuni Pradipta (Achi), Irene Vista, dan Sebastian Anugerah.

Cornel menciptakan lagu-lagu yang selalu dikenang: Maju Tak Gentar, Kemuning, Bungaku, O Ale Alogo, Indonesia Tetap Merdeka, Oh Angin, Pada Pahlawan, Sorak-sorak Bergembira, Kupinta Lagi, Citra, Tanah Tumpah Darahku, Maju Indonesia, Taufan, dan Mekar Melati.

Dalam tata panggung,  pemain musik ditempatkan di stage dengan leveling cukup tinggi, di bawahnya tersisa ruang bagi hilir mudik pemain/penyanyi. Di sisi kanan terdapat screen (layar lebar). Space paduan suara terletak  di bawahnya. Sedangkan arah depan sisi kanan-kiri panggung, terdapat stage kecil berisi meja dan rak buku  serta pohon, tempat bermain narator.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline