Saat mengantarkan saudara (8/1/2024) berziarah ke Kompleks Makam Raja-raja Mataram di Kotagede (Pasarean Hastana Kitha Ageng), yaitu kompleks makam Raja-raja Mataram Islam pertama (beserta para kerabatnya), saya takjub memandangi pohon besar yang tumbuh di depan kompleks makam.
Pohon tua setinggi kurang lebih tiga puluh meter itu berdiri kokoh, berlumut di beberapa bagian batangnya. Kayunya tampak keras. Konon dulunya kompleks ini merupakan tempat yang menjadi cikal bakal keberadaan kerajaan Mataram Islam.
"Menika wit Nagasari. Kajengipun atos, sae-Itu pohon Nagasari. Kayunya keras, bagus," jelas salah serorang juru kunci, seakan mampu membaca pikiran saya.
Dari dalam laci meja rendah di Bangsal Kawedanan Juru Kunci, tangannya tampak mencari sesuatu yang kemudian ia genggam. Sejurus kemudian tangannya diulurkan ke arah saya.
"Mangga menawi ngersakaken. Menika winihipun wit Nagasari-Silakan kalau mau menanam pohon Nagasari. Ini bijinya," ujar juru kunci sambil menatap tajam.
Tak lama kemudian, lima biji pohon Nagasari berpindah tangan. Warnanya cokelat, kulitnya keras.
Dari literatur, saya ketahui, pohon Nagasari (palaquium rostratum) terdapat juga di kompleks pemakaman wilayah Jawa Barat, tepatnya di pemakaman Pangeran Suryanegara (kecamatan Harjamukti), pemakaman Gunung Djati (desa Astana), dan Pangeran Pasarean (kecamatan Sumber), semuanya berada di wilayah Cirebon.
Selain di pulau Jawa, pohon tropis Nagasari banyak tumbuh di Sumatera- menjadi identitas Provinsi Bangka Belitung; banyak tumbuh di desa Air Bulin, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat; selain itu tumbuh di Sulawesi, Maluku, dan Kalimantan.
Hutan Nagasari di Bangka Belitung terletak di antara dusun Bulin dan Payak seluas lebih dari tiga ratus hektar, masuk dalam kawasan hutan produksi pemberdayaan masyarakat. Dengan surat keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 1989 tanggal 1 September 1989, pohon Nagasari (Nyatoh) dinyatakan sebagai tanaman identitas Bangka Belitung.
Pertanyaannya, mengapa pohon Nagasari di pulau Jawa ditanam di seputar makam?
"Pohon Nagasari termasuk pohon langka, pohon pusaka. Orang zaman dahulu sudah memikirkan mengenai tempat yang aman bagi pertumbuhan pohon pusaka. Tak lain dan tak bukan adalah di area pemakaman, terlebih makam raja dan kerabatnya. Orang takut berbuat aneh-aneh (termasuk menebang pohon) di makam. Tempat itu dianggap keramat dan malati," jelas Sugi Hartono, pecinta tanaman langka.
Pemikiran itu menemui kebenarannya. Kenyataannya, banyak pohon-pohon besar yang ditanam di tengah kampung, halaman rumah, ruang publik, kebanyakan "dihabisi" atau ditebang pihak-pihak tertentu demi pelaksanaan proyek pembangunan jalan, perumahan, pertokoan, pabrik, atau lainnya.