Apa yang tidak ada di Jalan Mentaok Raya di hari Minggu Legi? Dari jimat, wayang, akik, ikan hias, tukang obat, bebek, ayam, pakaian, lampu, barang elektronik, dan apa pun lainnya, bisa didapatkan di sepotong jalan yang tembus sampai ke Jalan Masjid Mataram.
Jangan heran kalau Jalan Mentaok Raya di sisi timur Pasar Legi (Sargedhe-Pasar Gedhe) Kotagede, Yogyakarta, pada setiap pasaran legi (terutama Minggu Legi) menjadi semrawut dengan tumpah ruahnya para pedagang yang memenuhi badan jalan di kedua sisinya. Belum lagi ditambah lalu lalang pejalan kaki (calon pembeli) dan sepeda motor yang tetap merayap melintas.
Rayuan tukang obat/Foto: Hermard
"Mangga bapak ibu, menika obat sae kagem stamina. Campuran pasak bumi kaliyan purwaceng. Mboten pareng kagem ibu hamil-silakan bapak ibu, ini obat mujarab untuk meningkatkan stamina. Campuran pasak bumi dan purwaceng. Tidak dianjurkan bagi wanita hamil," rayu Nanang sambil memegang botol kecil berisi ramuan berwarna cokelat.
Lelaki bertopi dan bercelana jins biru itu membuka lapak pengobatan terapis tapak syaraf pada setiap pasaran legi.
Gang kota tua/Foto: Hermard
Pagar masjid/Foto: Hermard
Omah Pitulangan merupakan sebuah rumah yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan sosial budaya dan berguna bagi masyarakat luas.
Sebagai penduduk asli Kotagede, Mas Bawa menjadi guide jempolan menelusuri gang-gang sempit, yang terkadang hanya dapat dilalui satu orang. Gang-gang sempit dengan tembok tinggi dan rumah lawasan bergaya Eropa, joglo, serta limasan dapat dimaknai sebagai jejak peninggalan masa lalu.
Omah Pitulungan berada di Jalan Joyopranan No. 7A, Singosaren, Kotagede. Dari sini jika ingin menempuh jalan pintas ke pasar, tinggal berjalan kaki ke arah utara, lalu berbelok ke barat.
Tetapi kali ini Mas Bawa membawa kami ke pasar dengan jalan memutar, mengambil arah barat, terus berbelok ke selatan. Tak lama kemudian kami sampai di salah satu sudut wilayah Purbayan.
Pintu barat Gang Rukunan/Foto: Hermard