Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Hanya Untukmu: Puisi Panjang di Antara Ruang Gelap

Diperbarui: 2 Desember 2023   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkawinan puisi dan foto/Foto: Hdrmard

Entah sudah kali ke berapa aku membuka buku unik yang diterbitkan beberapa tahun lalu: Hanya Untukmu (Kosa Kata Kita, Jakarta, 2017). Ada kegelisahan tak menentu saat membolak-balik buku itu, meski tanpa alasan jelas.

Terbayang andaikan buku tersebut tersegel bungkus plastik dan dipajang di rak toko buku, tentu calon pembeli hanya bisa mencermati sampul depan dan sampul belakangnya. Apakah ia akan mengira bahwa buku di genggaman tangannya adalah buku antologi puisi (ini dengan mengandaikan orang tersebut tidak mengenali nama Sulis Bambang)? 

Di sampul depan hanya terdapat judul buku, nama penulis, dan foto ilustrasi, tanpa ada keterangan apakah buku tersebut merupakan sebuah novel, kumpulan cerita pendek, kumpulan puisi, atau novelet. 

Di sampul belakang terdapat tulisan pendek berjudul "Aku Memilih Percaya" dilengkapi sebuah foto, bercerita mengenai sosok Reza. Apakah dengan demikian, buku Hanya Untukmu berukuran "tak biasa" ini merupakan buku biografi Reza? Artinya Sulis Bambang menulis buku biografi Reza?

Bagi mereka yang sudah mengenal dengan baik sosok Sulis Bambang, rasa penasaran seperti itu tentu tidak mereka alami. Mereka paham betul bahwa buku Hanya Untukmu pasti terkait erat dengan karya sastra (puisi). 

Penulisnya merupakan pengelola Bengkel Sastra Taman Maluku yang prioritas kegiatannya adalah "Sedekah Budaya" dengan konsep sinau bareng (belajar bersama) menggarap musikalisasi sastra dan novel. Buku Melati Senja, Perempuan Langit 2, Perempuan-Perempuan, merupakan sebagian dari antologi puisi Sulis Bambang bersama penyair lain. Sementara dua antologi puisi tunggalnya adalah Semarang Kota Tercinta dan Orkestra Sunyi. Bersama Sri Kartini, ia menulis Dongeng untuk Nauli dan Dongeng untuk Reza

Selain menulis, nenek dengan beberapa orang cucu ini menekuni fotografi. Nah, buku Hanya Untukmu berisi 100 foto jepretannya yang coba "dikawinkan" dengan 100 puisi karyanya sendiri. 

Apa pun alasannya, kehadiran buku ini menggambarkan kegigihan seorang "nenek" yang terus berkarya dengan mengabaikan soal usia. Ini adalah semangat yang sebaiknya menginspirasi insan-insan sastra dan sudah selayaknya diapresiasi oleh generasi muda dalam rangka mengasah kreativitas.

Sebagian orang menyadari bahwa ada banyak hal yang dipertaruhkan ketika menyandingkan (terlebih "mengawinkan") puisi dengan karya seni lainnya karena bisa saja salah satu dapat memosisikan lainnya ke dalam ruang "gelap". 

Sebagai contoh kasus saat puisi disandingkan dengan musik (puisi dijadikan lagu). Kita akrab dengan lagu "Tuhan" yang dipopulerkan kelompok musik Bimbo pada tahun 1970-an dan selalu diperdengarkan saat bulan Ramadan. 

Iwan Fals, penyanyi yang kerap melontarkan kritik sosial, sempat menyanyikan lagu "Aku Menyayangimu" saat konser di Pantai Bende Ancol (tahun 2003). Lagu itu kemudian akrab di telinga penggemarnya hingga sekarang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline