"Tulisan Pak Herry selalu bernas, humanities dan menarik. Hanya saja banyak kompasianer yang malas membaca tulisan dan lebih suka langsung nge-vote. Padahal kalau mau membaca, bisa ketagihan dan tidak akan melewatkan. Hihihi..."
Pada awalnya komentar "bombastis" sekaligus hiperbol dari Mbak Isti Yogiswandani saya anggap hanya sebagai guyonan sebagai sahabat baik, biar saya menjadi besar kepala, terasa tersanjung, dan jingkrak-jingkrak jumpalitan di jalan aspal depan rumah.
Tetapi setelah direnungkan dan dicermati dengan seksama dan maha teliti, mungkin saja melalui kerja hipotesis (cailah!) kompasianer dari kota brem, Madiun, benar adanya. Kenyataannya komentar yang diberikan hanya bersifat general, generik, tidak berkenaan dengan materi yang disajikan. Contoh komentar: ulasannya mantap, bagus, top, bermanfaat, luar biasa, amazing.
Hal ini terjadi karena (mungkin) pemberi komentar tidak punya waktu membaca, super sibuk, pusing kalau membaca terlalu banyak. Setidaknya, meskipun komentarnya cuma kanggo abang-abang lambe (pemanis bibir), masih lumayanlah karena mereka masih punya niat meninggalkan komentar guna menjalin silaturahmi...
Perranyaan rada nyelekit adalah: berapa dari kompasianer yang benar-benar membaca tulisan kompasianer lain dari A sampai Z? Mengapa mereka menyempatkan diri membaca secara merenik?
Secara pribadi saya selalu membaca tulisan kompasianer dengan judul menarik, materi yang disajikan unik, cara bertutur (teknik penulisannya) lancar dan mudah dipahami. Selanjutnya, tulisan tersebut tidak memakai warna huruf pelangi-berwarna-warni (membuat mata lelah dan kepala menjadi pusing-terlebih jika memakai warna merah).
Kompasianer yang benar-benar membaca tulisan kompasianer lain, pasti di samping memberikan rating/nge-vote, akan meninggalkan komentar sesuai dengan isi atau hal-hal kecil yang ada dalam tulisan. Begitulah Mbak Suprihati (21 Oktober 2023 09:04) meninggalkan komentar atas tulisan "Penjelajah: Gliyak-gliyak Tumindak, Sareh Pakoleh".
Selamat atas sematan penjelajah. Wow bonus ditraktir kipo Kotagede. Terima kasih ikut menyimak karya sastra di akun Pak Herry. Salam sehat.
Atau komentar Mbak Ika Ayra (10 September 2023 05:45) terhadap tulisan "Situ Gunung Sukabumi: Petualangan Menyusuri Keindahan Alami" karya Mbak Yustisia Kristiana.
Terima kasih sudah diajak jalan-jalan, Mbak Yus. Panjang banget jembatannya yaa. Belum bisa bayangin rasanya. Di Kalimantan ngga ada soalnya.
Satu contoh lagi adalah komentar Dab Sirpa (23 Oktober 2023 09:3512) terhadap tulisan "Energi Hospitality Meneguhkan Kejayaan Kompasiana" (Patter).
"Zero tamu guys, you do what you can do!"
Kalau tingkat occupancy rendah mungkin stafnya dibekali house keeping, jadi bisa bersih-bersih kamar dan sebagainya.
Komentar ini langsung mendapat tanggapan dari penulisnya (Patter 23 Oktober 2023 16:56).
Iya benar Pak Sirpa.
They asked all staffs to do that. What to do.
There is no guest at all. Our money Well, it's over, now getting better. Just plan for holiday on new year hehe.
Sukses selalu Pak Sirpa, yang selalu membaca artikelku. Thank u for all, much appreciated.
Dari beberapa contoh komentar di atas, pasti Mbak Suprihati, Mbak Ika Ayra, Dab Sirpa membaca dengan telaten artikel yang mereka komentari. Mereka memahami apa yang ditulis dan hal-hal kecil yang ada di dalam masing-masing tulisan tersebut.
Bagaimana, apakah kita sudah siap membaca dan tidak sekadar nge-vote atau hanya memberi komentar secara general dan generik?
Ah, mantap, menarik, amazing, dahsyat! Jangan-jangan komentar saya pun tak jauh dari kata-kata tersebut...Hahahaa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H