Melakukan penciptaan naskah sandiwara radio dengan mengadaptasi atau menggubah cerpen, bukan pekerjaan yang mudah karena ada pembeda penting antara cerpen dan naskah sandiwara radio.
Cerpen merupakan karya sastra yang mengandalkan kekuatan teks untuk membangun tokoh, konflik, suasana dan peristiwa dramatik, sedangkan naskah sandiwara radio lebih mengandalkan kekuatan auditif, baik berkaitan dengan seting ruang, waktu, persoalan, tokoh, alur, konflik, maupun suasana dramatik.
Dengan begitu, penulis naskah sandiwara radio dituntut mampu memberikan imajinasi auditif.
Ketika seorang penulis mengadaptasi cerita pendek ke dalam naskah sandiwara radio, maka ia harus berpikir secara auditif; tidak hanya sekadar memindahkan narasi dan dialog cerpen ke dalam bentuk naskah sandiwara radio.
Penulis dituntut mampu menafsirkan teks cerpen menjadi urutan adegan, disusun berdasarkan alur cerita. Masing-masing adegan diolah menjadi peristiwa dramatik berkaitan dengan ruang, waktu, tokoh, tindakan tokoh, persoalan, dan suasana.
Artinya, dibutuhkan kekuatan imajinatif untuk menciptakan berbagai adegan. Tidak bisa penulis naskah sandiwara radio hanya melakukan copy paste atas cerpen yang akan dialihmediakan.
la harus melakukan eksplorasi estetik dan eksplorasi ide demi menemukan dunia baru, dunia kemungkinan: jagat naskah sandiwara yang mempertaruhkan diri pada kekuatan auditif, kekuatan peristiwa dramatik, kekuatan dialog. dan lainnya; bukan (sekadar) pernyataan/statement.
la juga harus mengubah format cerpen naratif menjadi format naskah sandiwara radio yang terdiri dari rangkaian adegan pembentuk alur. Dalam setiap adegan terkandung penjelasan seting ruang, waktu, suasana, dan keterangan atas tindakan dan dialog. Dengan demikian, tidak cukup bagi penulis jika hanya mengandalkan "kemurnian" cerpen yang diadaptasi.
Sampai di sini, sejatinya penulisan naskah sandiwara berbasis cerpen, merupakan penciptaan dunia kreatif (baru) yang menarik dan menantang. Seperti juga pengalihan cerpen ke dunia pentas/panggung (Indra Tranggono) memerlukan letupan kreativitas.
Dalam Sayembara Lomba Penulisan Naskah Sandiwara Radio dua tahun lalu, diadakan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, setidaknya ada empat karya adaptasi berasal dari cerita pendek, yaitu (1) Nyidham, (2) Rabine Sobriah, (3) Mbah Mukti, dan (4) Mbededhak Dhemit. Tiga naskah terakhir tidak lolos karena kurang menampakkan letupan kreativitas dalam alih media.