Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Pembelajaran Sastra dan Kreativitas

Diperbarui: 4 September 2023   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kreativitas bersastra/Foto: Hermard

Sesungguhnya ada dua hal penting yang dapat dipahami dalam bersastra. Pertama berkaitan dengan pemahaman kita terhadap kreativitas. Kedua, berkenaan dengan kemampuan  bersastra.
Selama ini jarang sekali kita melekatkan makna kreativitas dalam pengertian  luas. Kita hanya berhenti pada pemikiran bahwa kreativas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan hal  baru.

Kenyataan itu  terjadi karena kita terjebak dalam pola pemikiran  terbatas. Kondisi ini diperparah oleh sistem pendidikan yang semula tidak memberikan ruang eksplorasi  cukup luas bagi anak didik. Sebaliknya, anak didik selalu dituntut untuk menghafal di luar kepala bahwa puisi ini karya si itu, termasuk dalam angkatan anu dengan ciri begini-begitu....

Ini merupakan tantangan bagi kita untuk menciptakan anak didik dengan  daya kreativitas  mumpuni dan ngedab-edabi.

Bagaimana jalan paling sederhana untuk melahirkan anak didik kreatif?

Bisa dilakukan dengan cara memberi ruang eksplorasi  lebih luas dan  kesempatan bagi anak didik  mengajukan pertanyaan, mengembangkan ide-ide dengan tidak dibatasi pada "kebenaran" yang seolah-olah hanya menjadi milik guru.

Setidaknya guru memberi peluang dengan  menghargai ide-ide  kreatif dari anak didik. Jangan memaksakan kehendak, misalnya saat mengajarkan membaca puisi "Aku" (Chairil Anwar) guru mewajibkan   puisi itu harus dibaca dengan gaya patriotisme yang berlebihan-seperti banyak dilakukan pembaca puisi. 

Puisi "Aku" bisa saja dibacakan dengan tenang, seakan-akan pembaca mempertanyakan siapa aku (diri sendiri) yang  sesungguhnya (eksistensialisme).

Apakah penyadaran seperti itu akan bermanfaat bagi pengajaran sastra?

Ini pertanyaan yang tidak mudah  dijawab. Tetapi setidaknya upaya tersebut akan memberikan alternatif, memberi pilihan lain, melatih anak didik untuk tidak mempercayai sepenuhnya "kebenaran" tunggal yang disodorkan guru mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keinginan tersebut merupakan pekerjaan berat bagi siapa pun karena kita akan mengubah kebiasaan menghafal menjadi sesuatu yang eksploratif dan kreatif.

Pernyataan di atas sekaligus  memaksa kita memahami definisi kreativitas  tidak sekadar merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan hal-hal  baru.

Perlu digarisbawahi bahwa jika kita ingin menjadi orang kreatif, maka hal pertama yang harus dilakukan  adalah kebersediaan membaca "teks kehidupan", tanpa itu maka kita menjadi buta dalam memahami persoalan kehidupan ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline