Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Buku Unik Sumber Inspirasi

Diperbarui: 20 Juni 2023   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batik Vajra Java/Foto: Hermard

Benda kenangan apa yang akan kita berikan kepada tetangga dan sanak saudara dalam memperingati  seribu hari orang-orang  tercinta menghadap sang Ilahi? Buku Yasin, sajadah, payung, sarung, mukena, handuk? Atau kita punya pilihan lain yang tidak mainstream?

Suatu ketika seorang karib datang memberikan buku Mas Guntur Siapa pun Dia... berukuran tidak biasa,  15 x 18, full color dengan kertas ivory.  Sesuatu yang langsung mencuri perhatian adalah tulisan yang ada di cover, selain nama penulis  dan judul buku, ada keterangan: kenangan seorang istri. 

Artinya ini merupakan buku yang ditulis dan diterbitkan secara khusus, istimewa. Benar saja, di halaman empat tertulis keterangan: 

untuk mengenang seribu   hari berpulangnya Mas Guntur ke haribaan Sang Khalik, aku ingin menuliskan  catatan kecil selama tiga puluh empat tahun  hidup bersama sebagai istrinya.

Mas Guntur/Foto: Hermard

Dengan begitu, sesungguhnya buku ini bersifat personal. Meskipun demikian, ternyata tidak sekadar menceritakan    kisah cinta penulis, Sri Harini, dengan suaminya, Mas Guntur. Lebih dari itu, buku ini menceritakan momen perjalanan hidup dan  karya besar Mas Guntur. 

Di sana-sini (dalam buku ini) ada keinginan mengedukasi pembaca berkaitan dengan sejarah, kegigihan mempertahankan prinsip hidup, dan penghargaan terhadap peninggalan masa lalu (candi Borobudur dan batik).

Saat menggambarkan masa kecil Mas Guntur, misalnya, Sri Harini berupaya menyisipkan  "sejarah" wilayah Kotabaru, Yogyakarta, tempat tinggal keluarga Mas Guntur. Ia tidak sekadar menceritakan "kehebatan" menggambar Mas Guntur saat sekolah di SD Negeri Ungaran, tetapi memberi wawasan mengenai kawasan Kotabaru sebagai tempat  tinggal para pejabat dan pengusaha Belanda.

Ia menggambarkan letak rumah keluarga Mas Guntur berada persis di depan SD Ungaran (awalnya berupa gedung Europeesche Lagere School) di Kotabaru.

Wilayah Kotabaru merupakan kawasan yang dibangun pada tahun 1917 sebagai Nieuwe Europeesche Villa-park, wilayah hunian bagi pegawai tinggi Belanda, pengusaha, maupun administratur pabrik gula. 

Sampai saat ini, jejak Kotabaru sebagai taman kota masih dengan mudah dapat dicermati, misalnya dari banyaknya pepohonan rindang yang menghiasi jalan melingkar sepanjang Kotabaru. 

Benar-benar sebuah tempat hunian asri dan nyaman, apalagi dilengkapi dengan berbagai sarana dan fasilitas transportasi (stasiun Lempuyangan), kesehatan (rumah sakit DKT), tempat ibadah (masjid Syuhada dan gereja Santo Antonius Padua), pengaturan jaringan listrik (rumah listrik babon ANIEM), dan fasilitas lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline