Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Sandiwara Berbahasa Jawa Terus Menggeliat

Diperbarui: 10 Juni 2023   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sri Dhemek di Limasan Somoatmajan/Foto: Hermard

Awal Cerita Sandiwara Berbahasa Jawa

Jika saja MAVRO (Mataramse voor Radio Omroep, berdiri 8 Februari 1934)-embrio lahirnya RRI Yogyakarta, tidak menyiarkan siaran ketimuran untuk menggelorakan semangat ketimuran dan sekaligus sebagai antitesa terhadap siaran dari NIROM (Nedrelansch Indische Radio Omroep Maatschappij) - Jawatan Radio Broadcast Hindia Belanda (memancarkan siaran  menggunakan bahasa Belanda), mungkin saja  sandiwara radio berbahasa Jawa tidak akan pernah ada.

Berkibarnya sandiwara radio berbahasa Jawa di Yogyakarta tidak dapat dilepaskan  dari kerja keras Sumardjono yang bertindak sebagai penulis naskah, sutradara dan pemain lewat RRI Yogyakarta pada tahun 1965.

Belakangan ini, Dinas Kebudayaan DIY juga menaruh kepedulian terhadap keberadaan sandiwara radio berbahasa Jawa. Sejak tahun 2019 sampai sekarang, secara berkala Disbud DIY menyelenggarakan workshop dan lomba penulisan naskah audio/radio berbahasa Jawa untuk masyarakat umum. Naskah para pemenang diproduksi dan disiarkan/ditayangkan melalui radio swasta, YouTube, dan Sportify.

Satu lagi komunitas yang  peduli terhadap sandiwara berbahasa Jawa adalah Kelompok Sedhut Senut (KSS) yang tidak bosan-bosannya mementaskan dan mengembangkan sandiwara berbahasa Jawa. KSS merupakan kelompok sandiwara berbahasa Jawa, awalnya bernama Komunitas Sego Gurih. Berdiri pada tahun 1998 di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) Yogyakarta. 

Tidak mengherankan jika pada awalnya anggota KSS didominasi siswa jurusan teater SMKI Yogyakarta. Mereka sering "mbarang" keliling keluar sekolah di acara-acara pernikahan, perpisahan,  acara tujuh belasan, atau pentas di pinggir sawah. 

Saat pandemi covid 19, KSS vakum tanpa kegiatan berarti. Sampai akhirnya  mendapat kesempatan memproduksi tayangan online dibiayai oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Komunitas Maton dan Festival Milangkori

Jumat malam (2/1/2023), saya dan beberapa teman praktisi sastra: Krishna Mihardja (sastrawan Jawa), Ons Utoro (penggiat Sastra Bulan Purnama), Dhanu Priyo Prabowo (pengamat sastra), Fauzi Absal (penyair), Syam Chandra (penyair), Bayu Saptama (praktisi kethoprak), Patah Anshori (pendiri teater Maton), mendapat undangan dari Mas Agus Suprihono untuk hadir di Limasan Somoatmajan, Margokaton, Seyegan, Sleman. 

Semula kami berpikiran acara itu merupakan syukuran   atas kemenangan Agus Suprihono mengikuti sayembara penulisan naskah radio berbahasa Jawa tahun 2023 yang diadakan Dinas Kebudayaan DIY. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline