Platform Online dan Centang Biru
Centang biru (lencana terverifikasi) di berbagai situs website media sosial, menunjukan bahwa sebuah akun benar-benar milik seseorang yang mampu "mencerminkan" media sosial tertentu. Menjadi legitimasi pengguna dalam platform tertentu.
Lebih lanjut (mengutip Wikipedia), beberapa media sosial memberikan verifikasi centang biru bagi seseorang/tokoh yang memiliki kontribusi terhadap publik dan brand yang banyak dicari, sehingga tidak terjadi duplikasi identitas.
Begitulah centang biru digunakan Instagram (sebagai penanda bagi publik figur/artis), Google+ (profil tokoh masyarakat), Facebook (profil), Twitter (profil tokoh masyarakat), YouTube (musisi dan kelompok musik), Pinterest (tokoh masyarakat), dan Kompasiana (untuk Kompasianer).
Tentu mendapatkan verifikasi centang biru bukanlah perkara mudah. Di Instagram, pengguna harus mematuhi Terms of Use and Community Guidelines, mengajukan verifikasi centang biru. Proses peninjauan oleh Instagram terhadap akun pengguna dilakukan selama 30 hari. Meskipun telah memenuhi syarat, belum tentu pengguna mendapatkan centang biru. Di YouTube, centang biru baru bisa diberikan setelah pengguna memiliki 100.000 subscriber.
Centang Biru Kompasiana
Bagaimana dengan verifikasi centang biru di Kompasiana? Sama dengan di platform lainnya, anggota (Kompasianer) dituntut memiliki kriteria tertentu untuk mendapatkan centang biru. Misalnya, kompasianer minimal sudah menayangkan 100 konten dengan rasio pencapaian Artikel Utama (AU) sebanyak 20% dari konten yang sudah ditayangkan. Kompasianer menyajikan konten spesifik dan unik. Memiliki pageviews konten dalam jumlah tertentu.
Apakah jika pencapaian semua itu telah terlampaui, secara otomatis Kompasianer akan mendapatkan centang biru? Pengalaman saya menunjukan bahwa centang biru disisipi dengan perasaan harap-harap cemas dalam waktu cukup lama.
Lika-liku Mendapatkan Centang Biru
Tanggal 26 Maret, saya mendapat notifikasi dari admin Kompasiana: Tambah 5 konten Headline lagi untuk raih kesempatan menjadi Kompasianer Terverifikasi Centang Biru. Pemberitahuan itu tentu memacu adrenalin agar segera bisa menjadi Kompasianer centang biru! Saat itu AU baru mencapai 15 artikel. Tentu menulis untuk klasifikasi AU butuh strategi, perjuangan, dan nasib baik. Dalam konteks ini, saya terbayang Mbak Suprihati yang tulisannya selalu AU.