Tidak bisa dibantah bahwa Yogyakarta merupakan kota unik dengan berbagai tempat nongkrong dan warung kuliner tersebar di berbagai sudut. Sebut saja Kopi Klothok di daerah Pakem, Kafe Ampirono di Girimulyo, Kulonprogo, Kedai Den Wir, Kotagede, dan Waroeng Pohon Tengah Sawah, Bantul. Mereka hadir mengusung visi dan konsep usaha kuliner dengan keunikan masing-masing, baik cara penyajian maupun menu makanannya.
Kini, di sisi utara Monumen Yogya Kembali (Monjali), tepatnya di Sariharjo, Ngaglik, Sleman, hadir tempat nongkrong baru dengan nama Lukisan Bumi Restaurant. Kehadirannya mengedepankan konsep melestarikan cita rasa Indonesia. Artinya, semua hidangan disajikan menggunakan rempah-rempah Indonesia.
Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa rempah-rempah merupakan akar sejarah yang membuat Indonesia menjadi negara rebutan antara Belanda dan Portugis. Kecintaan terhadap rempah-rempah inilah yang menyebabkan pengelola Lukisan Bumi menamai ruangan sesuai dengan nama rempah-rempah: Andaliman, Lawang, dan Kayoe Manis.
Menunya pun mencitrakan nilai-nilai keindonesiaan yang begitu kental, antara lain nasi goreng kemangi, nasi rempah, ayam bakar limau, iga bakar hitam manis, kerang ijo sere, kakap bumbu lawang, sup asem jawa, sambal kedondong, kopi susu gula aren, es dawet, dan sebagainya.
Di area Andaliman yang terletak di bagian belakang, dipenuhi pepohonan, sehingga pengunjung bisa menikmati kuliner khas Indonesia dengan suasana pedesaan nan asri.
Merayakan Kemenangan Ramadan
Saat menentukan tempat untuk berbuka puasa bersama keluarga di puasa terakhir, secara spontan anak-anak memilih Lukisan Bumi. Alasannya sangat sederhana, dekat dengan rumah.
Kedatangan kami disambut hangat di area Andaliman. Anak nomor satu menginformasikan kalau kami sudah reservasi untuk enam orang. Lalu kami dibawa ke ruangan terbuka semi privat. Kami bisa memandang ke segala arah.
Di meja sudah tersedia takjil buka puasa berupa jenang grendul dan air infuse. Begitu azan magrib berkumandang, kami menikmai jenang grendul.