Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Surat Cinta untuk Kampung Halamanku

Diperbarui: 30 April 2023   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terus Berdetak/Foto: Hermard

Kepada Kampung Halamanku, Yogyakarta

Selamat pagi kampung halamanku, semoga kabarmu baik-baik saja. Tidak terganggu dengan macetnya jalanan saat orang-orang mudik lebaran atau menikmati libur panjang. Tidak ternodai oleh biaya parkir liar yang waton ngawur sehingga mencoreng nama baikmu. 

Semoga engkau tidak lagi digelisahkan oleh peristiwa klithih yang membabi buta dan membuat suasana tengah malam  menjadi "ngeri-ngeri sedap".

Aku tahu, romantismemu tinggal suasana redup angkringan dipenuhi seloroh ngalor-ngidul pelanggan yang begitu akrab menikmati sego kucing, wedang jahe, sate usus, dan ceker. Sedangkan romantisme masa lalu: pentas kethoprak, karawitan, wayang kulit, tinggal ada di sejengkal tanah perdikan kebudayaan di desa-desa. 

Kalaupun di gedung-gedung kesenian masih ada pertunjukkan kesenian tradisional srandul, wayang wong, wayang beber, dan lainnya, semua lebih beraroma nguri-nguri kabudayan jawa dengan anggaran belanja instansi pemerintah. Semangat bela tradisi, lama-kelamaan kian luntur, jauh dari rasa handarbeni.

Romantisme Limasan Somaatmajan Seyegan/Foto: Hermard

Tapi aku berusaha memahami situasimu, kampung halamanku. Bukankah tarik ulur antara nilai-nilai tradisi dan modernisasi memang terjadi di mana-mana? Terlebih engkau adalah kota pariwisata, kota pelajar yang terus berdetak, bersolek, dan bergerak maju sesuai tuntutan zaman? 

Tak salah jika di berbagai sudut kotamu muncul puluhan kafe, gerai makanan cepat saji,  mal, super market, kawasan elite dilengkapi pengamanan CCTV. 

Pos Kamling tanpa CCTV/Foto: Hermard

Sementara di sisi lain, orang masih suka ngobrol di warung-warung kopi tubruk, pangkas rambut di bawah pohon waru, belanja di pasar tradisional, berkumpul di pos ronda/pos kamling seadanya untuk menjaga keamanan kampung.

Sekarang, gerobak sapi tak akan melintas di jalan-jalan protokol sebab dianggap mengganggu dan akan menyebabkan kemacetan. Sekarang di Jalan Diponegoro tak ada lagi tukang pijat lewat dengan bunyi "kencreng-kencreng!" sebab sudah berdiri banyak panti pijat dan bisa diorder lewat aplikasi online. Aku yakin penjual es dongdong keliling kampung pun kehilangan pelanggan sebab ada es krim dengan banyak pilihan rasa di mal maupun super market.

Seabreg romantisme masa lalu, kini hanya tinggal kenangan.  Sebaliknya banyak serangan "label kekinian" menyerbu sudut-sudut desa. Ada laundry, barber shop, caf, mini market yang bertebaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline