Tak dapat dipungkuri bahwa ramadan kali ini berbeda dengan ramadan tahun-tahun lalu. Ramadan kali ini ada kesibukan lain, yaitu mengikuti semaan tema-tema Samber THR Ramadan yang diadakan oleh Kompasiana.
Tantangan yang diberikan bukan sekadar meningkatkan kemampuan menulis, tetapi juga mengasah memori Kompasianer untuk mengingat kenangan masa lalu. Misalnya saja tema berkaitan dengan "Nostalgia Masa Kecil di Bulan Ramadan", "Hiburan Sahur yang Tak Biasa".
Kedua tema itu memaksa saya mengingat masa lalu. Bagi saya ini merupakan tantangan berat karena keterbatasan daya ingat dan mulai menghilangnya beberapa memori.
Tema "Nostalgia Masa Kecil di Bulan Ramadan" mengingatkan tradisi tadarusan, menyalakan lilin, dan tukar menukar hantaran makanan menjelang buka puasa.
Tradisi yang luput dari ingatan adalah bermain gasing saat ngabuburit. Permainan gasing dilakukan di tanah kosong di samping rumah tetangga.
Gasing merupakan permainan tradisional yang cukup dikenal di lingkungan Melayu (termasuk daerah Kuala Tungkal, Jambi). Kami bermain bukan beradu kekuatan gasing, tapi lebih pada lamanya gasing berputar.
Wujud gasing berbentuk seperti buah bengkuang atau gunung di balik. Di bagian atas diberi tonjolan (kepala) tempat melilitkan tali sebagai pemutar gasing. Bagian bawah yang meruncing biasanya diberi tambahan besi atau paku.
Mulai jam tiga lebih, anak-anak dan orang dewasa asyik bermain gasing di bawah pohon cermai dan nangka belanda (sirsak).
Tema kisah inspiratif, juga mengingatkan kepada peristiwa setahun silam ketika pembagunan jalan tol Yogyakarta-Bawen melintas di daerah Pundong, Margomulyo, Sleman. Akibatnya, rumah budaya dan musala Al Barokah yang berada di Pundong terdampak proyek strategis nasional tersebut.
Hilangnya musala Al Barokah berpengaruh bagi aktivitas Pak Mardjoko dan Mas Bibit yang biasa mengurusi berbagai kegiatan musala: mengumumkan berita lelayu (kematian), pemotongan hewan kurban, penyelenggaraan salat tarawih, maulid Nabi, dan lainnya.