Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Jujuk Prabowo: Merawat Proses Kreatif

Diperbarui: 14 Juni 2023   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Jujuk Prabowo/Foto: dokpri -tangkapan layar FB CakNun

Sejak kecil, Jujuk tinggal di lingkungan kesenian. Rumahnya di Gedongkiwo, Mantrijeron, bertetangga dengan perumahan para pemain kethoprak RRI, juga dekat tobong wayang orang Ngesti Pandowo di THR.

Jujuk Prabowo atau Leo Irinius Juhartono, lahir di Yogyakarta, 28 Juni 1954 dari pasangan Marianus J. Prabowo (kapten Angkatan Darat) dan Sriyatni. Sejak kecil ibunya mengenalkan Jujuk pada siaran wayang di radio. Dari situ muncul ketertarikan pada kesenian Jawa. 

Ketika duduk di bangku SLTP, Jujuk main kethoprak bersama kelompok kethoprak RRI. Ketika duduk di bangku SLTA, Bagong Kussudiardja mengajaknya bergabung dengan Kethoprak Sapta Mandala, kelompok kethoprak terkemuka di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tahun 1970-an. Jujuk langsung diberi peran sekaligus diminta membantu tata artistik untuk pementasan. Sejak itu, dia merasa yakin pada pilihan di jalur teater. 

Pada pertengahan tahun 1970-an, ia bertemu Julie Taymor, sutradara wanita asal Amerika yang mendirikan Teater Loh di Indonesia. Teater Loh adalah kelompok gabungan seniman dari Indonesia, Eropa, dan Amerika. 

Jujuk terlibat dalam produksi The Way of Snow (Jalannya Salju), merasakan bagaimana teater didasarkan pada disiplin dan etos kerja keras saat berproses bersama. Salah satu proses yang paling dia ingat adalah, ketika berproses selama tiga bulan, Julie Taymor belum sekali pun menyepakati penampilannya di atas panggung. 

Satu jam sebelum pentas, Jujuk merasa sangat frustasi dan marah hingga hampir menangis. Ketika itu, Julie langsung memintanya mencoba beraksi sebelum pertunjukan. Justru dalam kondisi seperti itu, dia mampu membikin Julie terkesima. 

Selepas Teater Loh, Jujuk aktif di Teater Dinasti, sampai pada tahun 1983 datang tawaran dari Camat Mantrijeron, Kasuharto yang meminta Jujuk membentuk kelompok teater untuk mewakili Kecamatan Mantrijeron dalam lomba Festival Pertunjukan Rakyat Tingkat Provinsi. 

Jujuk segera meminta bantuan teman-teman di Teater Dinasti dan beberapa kenalan dari kelompok teater lainnya sehingga tujuh seniman dari kontingen Kecamatan Mantrijeron, merebut juara pertama dalam Festival Tingkat Propinsi. 

Setahun kemudian meraih juara nasional dan Camat Mantrijeron mungkin tidak menyadari bahwa yang mewakili kecamatannya adalah orang-orang terbaik dari kelompok-kelompok teater di Yogyakarta. 

Pak Camat terkejut dengan prestasi yang dicapai Jujuk dan melontarkan komentar, 

"Gandrik tenan koe ki Cah -mengejutkan sekali kalian ini." 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline