Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Naomi Srikandi dan Evi Idawati: Dua Perempuan Panggung

Diperbarui: 24 Maret 2023   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia Panggung/Foto: Hermard

Naomi Srikandi merupakan penggiat seni pertunjukan di Teater Garasi. Sebagai sutradara, ia menggarap pertunjukan berjudul Shakuntala (fragmen dari novel Saman dan Larung karya Ayu Utami), diproduksi oleh Teater Garasi dan dipentaskan di Lembaga Indonesia Perancis, Yogyakarta, 2007, dan diusung dalam Festival Salihara di Teater Salihara, Jakarta, 2008. 

Naomi Srikandi/Foto: Hermard

Bersama Intan Paramaditha menulis naskah drama Goyang Penasaran dan bertindak sebagai sutradara dalam pertunjukan Goyang Penasaran yang dipentaskan di Teater Garasi, Desember 2011, dan di Teater Salihara, April 2012.

Sebagai aktor, ia banyak bermain dalam karya-karya pertunjukan Teater Garasi, antara lain, WAH (1995), Les Parevents (2000), dan Waktu Batu (2001-2004) yang dipentaskan di Yogyakarta, Jakarta (Art Summit International Festival), Singapura (Insomnia 48), Berlin (Intransit Festival), dan Tokyo.

Selain itu, Naomi berkolaborasi dalam berbagai pertunjukan internasional, seperti Prism (diproduksi Kageboushi Theatre Company- -Asean-Japan, 2003); The Seven Spirit Banquet (diproduksi PARC dan Polynational Arts Carnival--Asia Pasific, 2004 dan 2006); dan Di Cong Bak (Teater Garasi-Yogyakarta, Komunitas Tikar Pandan-Aceh, Theater Embassy-Amsterdam, 2005).

Di samping itu, Naomi juga terlibat dalam pembelaan terhadap perempuan yang tertindas.

Evi Idawati/Foto: Hermard

Di sisi lain, Evi Idawati kerap kali tampil di atas panggung. Lahir di Demak, Jawa Tengah, 9 Desember 1973, jenjang pendidikan SD hingga SMA diselesaikan di kota Demak. Sempat mengenyam bangku kuliah di jurusan Teater, ISI Yogyakarta, dan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. 

Anak ke-5 dari 6 bersaudara dari pasangan Sukarno dan Maslakah ini mengaku bahwa pertama kali tampil di depan khalayak ketika berada di bangku Sekolah Dasar. Mengenal dunia panggung drama ketika SMA (1991) pada saat bermain sebagai pemeran utama dalam Legenda Kota Demak. Sejak saat itu, ia merambah dunia panggung sastra.

Dalam keaktoran, pernah memainkan Odipus Trilogi selama 9,5 jam pertunjukan. Tidak hanya itu, di panggung pertunjukan sastra, Evi Idawati pernah membacakan puisi-puisi karya Iman Budhi Santosa selama 1 jam pertunjukan berkolaborasi dengan Memet Khaerul Slamet dan Wartono. 

Dikenal sebagai pembaca puisi dibandingkan keaktorannya karena lebih sering tampil sebagai pembaca puisi maupun cerpen. Tidak hanya puisi karya sendiri, ia juga sering membacakan puisi-puisi penyair lainnya. 

Puisi-puisinya diantologikan, antara lain Lirik-Lirik Kemenangan (1993), Antologi Penyair Jateng (1993), Ketika Layar Turun (1994), Zamrud Khatulistiwa (1997), Embun Tajali (2000), Filantropi (2001), Akar Rumput (2002), Puisi Tak Pernah Pergi (Bentara, Kompas, 2003), Kemilau Musim (2003), Di Batas Kota (2003), Pesona Gemilang Musim (2004), Maha Duka Aceh (2005), Surat Patih 3 (2005), Karena Namaku Perempuan (2005), Antologi Perempuan Penyair Indonesia (2005), dan 9 Kubah.

Belakangan ini, perempuan dengan tiga anak, sibuk mengurusi Sekolah Puisi yang mengajarkan siswa SD dan SMP menulis dan membaca puisi. (Herry Mardiabto & Ahmad Zamzuri)

Rujukan: Orang-orang Panggung




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline