Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Jembatan Kretek II dan Detak Laku Urip kang Utama

Diperbarui: 12 Februari 2023   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keelokan Jembatan Kretek II/Foto: Hermard

Mengapa Yogyakarta selalu hadir sebagai magnet kerinduan? Apakah benar karena angkringan, bakmi jawa, soto, gudeg, wedang ronde, atau hal lain yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan falsafah hidup yang mudah kita temui hingga di sudut-sudut kota?

"Mas, sudah pernah melihat jembatan baru di Bantul?" tanya Mas Hadi Pratama di seberang telepon.

Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi.

"Sudah Mas. Tapi lewat Instagram. Jembatan Kretek Dua kan? Mau ke sana?" tanya saya singkat.

Tak berapa lama kemudian kami pun bersama Ibu Negara Omah Ampiran, dan Mbak Dwi Susetyowati sudah berada dalam satu mobil menuju ke arah Jembatan Kretek II. Kami sempatkan mampir ke rumah Mas Handoyo, salah satu tokoh masyarakat  di daerah Srandakan.

Jembatan Kretek II dengan panjang keseluruhan dua kilometer lebih, dibangun sebagai salah satu program strategis nasional di sisi selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Merupakan bagian dari Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). 

Jembatan itu menghubungkan dua ruas jalan Kretek-Samas dan Poncosari-Greges, membentang di atas  kali Opak, Kecamatan Kretek, Bantul, Yogyakarta. Pembangunannya menelan biaya 364 miliar rupiah. Jembatan terdiri atas empat lajur dan dua lajur.

Di atas kali Opak/Foto: Hermard

"Kalau kita terus lurus, akan sampai Parangtritis. Sedangkan kalau nanti berbelok ke kanan akan menuju pantai Depok. Itu bangunan yang terihat dari sini adalah warung-warung di Depok," jelas Mas Handoyo dari atas jembatan sesaat setelah turun dari mobil. Sesekali tangannya menunjuk ke arah tertentu.

Lokasi pembangunan jembatan tersebut secara teknis memiliki keunikan tersendiri karena berada di wilayah rawan gempa. Selain itu,  estetikanya dipenuhi baluran nilai-nilai budaya Jawa.  

Konon, nilai seni yang dilekatkan pada infrastruktur publik akan menarik perhatian masyarakat luas, sehingga mereka  mempunyai rasa handarbeni (memiliki),  ikut menjaga dan memanfaatkan dengan baik.

Swafoto di jalur pendestrian/Foto: Hermard

Jembatan dengan jalur sepeda/Foto: Hermard

"Wah jembatannya sangat bagus. Ada jalur  khusus bagi pejalan kaki berupa jalur pedestrian yang dilengkapi  barrier. Tiang listriknya sangat unik," ujar Mbak Dwi saat berjalan di atas jembatan. Beberapa kali ia berswafoto di sisi kiri jembatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline