Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Kompasiana Mencari Raja Gombal (?)

Diperbarui: 11 Februari 2023   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arloji/Foto: Hermard

Bangun tidur selepas subuh, saya langsung membaca notification topik pilihan dari admin Kompasiana, "Aku Ingin Menggombalimu dengan Sederhana". Serta merta timbul kecurigaan (tanpa alasan) adayanya upaya  mengkultuskan Sapardi Djoko Damono (SDD) atau justru keinginan "meremehkan" puisi-puisi kompasianer yang diksinya tidak sekuat SDD:

aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada

Satu hal yang pasti, topik  itu tidak dimaksudkan dalam rangka mengenang SDD karena tidak berkaitan dengan tanggal dan bulan kelahiran maupun kepulangan sastrawan sekaligus guru besar ini ke rumah ilahi. Seiingat saya (mohon maaf kalau ingatan saya ngawur dan nganuw), ia lahir pada tanggal 20 Maret 1940 dan meninggal dunia 19 Juli 2020. Sekarang masih bulan Februari, jauh dari Maret, terlebih Juli.

Kenangan saya terhadap SDD tidak lepas dari buku kiriman beliau: Tirai Demokrasi: Sebuah Selebaran, antologi puisi Arloji, buku puisi panjang Namaku Sita, Slamet Rahardjo: Sebuah Esai, dan Alih Wahana

Kajian Alih Wahana/Foto: Hermard

Tulisan tangan Sapardi/Foto: Hermard

Dalam mengirim buku-buku itu, tak satu pun memberi kabar sebelumnya. Dari sini saya paham jika penyair sekaligus penerjemah (tahun 1999 mendapat penghargaan dari Yayasan Buku Utama sebagai penerjemah terbaik untuk novel John Steinbeck,  The Grapes of Wrath) yang menghasilkan lebih dari  tiga ratus lebih puisi ini , senang membuat kejutan demi kejutan.

Hal yang juga  tak dapat dilupakan  saat sastrawan yang pernah memperdalam pengetahuan di Universitas Hawaii Honolulu, Amerika (1970-1971) mengajak    menulis bersama  artikel untuk penyusunan buku Sastra Jawa Suatu Tinjauan Umum (Balai Pustaka, 2001).

Buku berharga bagi sastra Jawa/Foto: Hermard

Menulis bersama/Foto: Hermard

Kami menulis  artikel "Terjemahan ke dan dari Bahasa Jawa", dan "Geguritan". Ini salah satu bukti, seorang guru besar sangat rendah hati karena tak segan mengajak "guru kecil" menulis bersama untuk buku pegangan yang cukup prestisius.

Tahun 1999 dan 2014 kami bertemu saat  beliau menjadi salah satu mentor dalam Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Sebagai peserta, kami diminta menulis esai mengenai sastra perbandingan terhadap karya-karya sastra  Asia Tenggara. 

Keramahan,  penguasaan materi, dan penyampaian yang gamblang dari SDD terhadap cara kerja sastra bandingan, menyebabkan dua puluh tiga peserta berasal dari Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam dapat menyelesaikan esai dengan baik. 

Dalam sesi diskusi ia menjelaskan dengan lugas kajian sastra bandingan akan berkembang dinamis sesuai zaman, tidak selalu berpijak pada nilai estetika karya besar. Lebih dari itu, mungkin saja berangkat dari sejauh mana karya sastra mencerminkan kebudayaan tiap-tiap bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline