Bagi yang bukan benar-benar "penjelajah" sejati kuliner, mungkin akan ragu-ragu mendatangi Kopi Bumbung. Sebab lokasinya berada di "pedalaman" desa Ngampon, Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Tempatnya agak mblusuk dari jalan utama Godean-Seyegan.
Sesungguhnya apa yang menjanjikan tempat tersembunyi ini tetap eksis sampai sekarang? Ternyata sensasi ngopi yang tak biasa dengan ketenangan suasana pedesaan nan asri berupa panorama alam dipenuhi pepohonan rindang, terletak di bawah lereng bukit Ngampon, merupakan magnet bagi pelanggan mendatangi Kopi Bumbung.
Ya, ngopi dengan cara tak biasa karena dalam penyajiannya, kopi tidak langsung dituangkan ke dalam cangkir atau gelas. Kopi panas ditempatkan dalam wadah bumbung (potongan bambu), disertakan cangkir kecil beserta lapik dan sendok, gula batu dalam toples kecil, dan dua potong sagon terbungkus plastik tembus pandang.
"Wah, sungguh unik. Menuangkan kopi dari bumbung ke dalam cangkir, menambahkan gula sendiri sesuka hati," jelas Rindu Sriharini.
Begitu tutup bumbung dibuka, saat menuangkannya ke cangkir, aroma kopi robusta Jember merebak harum ketika berkawan dengan udara pedesaan.
Pahit kopi robusta akan menjadi semacam "candu" jika disusul dengan gigitan kue sagon kering yang sengaja dipadupadankan oleh Tri Winarno, pendiri warung Kopi Bumbung. Rasa pahit, manis, gurih, terasa ringan di mulut.
Sagon merupakan salah satu kue tradisional Jawa, berasal dari campuran tepung ketan, gula pasir, dan parutan kelapa.
Camilan lain yang disediakan berupa pisang goreng, tahu, ubi, mendoan, cireng, dan kentang goreng.
Menu makan siang ala desa berupa nasi dengan oseng lompong, oseng kangkung, oseng pepaya/daun pepaya, sambal belut, brongkos, oseng belut, dan tengkleng.
"Oseng belutnya berasa pedas gurih. Bumbunya meresap ke seluruh daging belut. Maknyus!" komentar Fitri (23) yang tengah menikmati makan siang bersama keluarga.
Baik bumbung maupun sagon, merupakan kenangan masa kanak-kanak Tri Winarno yang tak mungkin terlupakan. Pendirian Kopi Bumbung pada tahun 2018 merupakan upaya meneguhkan kenangan terhadap ayahnya yang selalu membawa air minum dalam bumbung ketika ke sawah dan sagon merupakan kue kesukaan seluruh keluarga.