Sejak pagi, ibu negara Omah Ampiran A-16, rerasanan lewat WhatsApp ke anggota sosialitanya kalau ingin makan siang tahu kupat.Teman sosialita yang saya maksud adalah kelompok menyulam, tergabung dalam komunitas Ayu Sulam.
Biasalah, kalau wanita punya mau, pasti sat-set. Dalam waktu sesingkat-singkatnya rencana dadakan itu matang sempurna. Tujuannya jelas: tahu kupat Pelopor, Blabak.
Bagi yang belum paham, Blabak merupakan wilayah berada di antara Yogyakarta-Magelang. Daerah ini cukup terkenal karena dulu memiliki stasiun kereta api dan pabrik kertas. Sayangnya kereta api Yogya-Magelang menghilang pada tahun 1970-an dan pabrik kertas Blabak gulung tikar sejak tahun 2011.
Setelah tiga puluh menitan bertolak dari Yogyakarta, mobil yang dikemudikan Mbak Rindu menepi ke sisi kiri di pinggir Jalan Yogyakarta-Magelang KM 10, tepatnya di seberang bekas stasiun kereta api Blabak.
Keberadaan warung tahu kupat Pelopor yang menyerupai bangunan tempat tinggal dengan dominasi cat warna biru itu memang mudah ditandai: di seberang bekas stasiun kereta api, sebelum perempatan bangjo Blabak!
Kami mengambil tempat duduk di bangunan tambahan yang cukup leluasa di sisi utara. Pemesanan kami lakukan saat masuk warung.
"Mangga, mau pesan yang pedas atau tidak? Cabe berapa? Minumnya apa?" tanya penjaga warung ramah.
Warung tahu kupat Pelopor cukup melegenda karena sudah ada sejak tahun 1965. Bahkan nama tahu kupat Pelopor juga ada di Magelang dan kota lainnya di Jawa Tengah.
Begitu pesanan tahu kupat tersaji di meja, terlihat irisan tahu goreng, ketupat, dengan toping tauge, potongan kubis, timun, seledri, dan bawang goreng. Kuah kacangnya bercampur kecap manis terlihat bening menggoda.
Setelah mencicipi manis gurih pedasnya tahu kupat Pelopor, Mbak Rindu yang juga punya usaha catering menjelaskan kalau bumbunya pasti menggunakan bawang putih, ketumbar, kemiri, dan serai.
Pantas saja aromanya begitu harum menggoda, rasa gurih manis dan pedas menyatu menciptakan sensasi rasa begitu pas. Saus kacang encernya dengan gerusan cabe rawit segar, membuat rasa kuah tahu kupat Pelopor tak ada duanya.
Konon pada hari biasa, usaha kuliner yang sudah turun-temurun ini mampu menjual dua ratus porsi, sedangkan pada akhir pekan mencapai empat ratus porsi. Soal harga, dijamin ramah di kantong. Kami memesan lima porsi tahu kupat dan minum jeruk panas plus sepuluh kerupuk, hanya mengeluarkan uang seratus ribu rupiah.
Menurut KBBI, pelopor adalah perintis jalan, pembuka jalan, pionir.
Bagaimana siap menikmati lezatnya tahu kupat Pelopor Blabak yang legendaris? Gaspolll!
*Herry Matdianto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H