Apa yang terbayang ketika Anda mendengar kata candi? Bangunan batu menjulang tinggi tempat pemujaan para dewa, tempat menyimpan abu jenazah para raja, atau tempat beribadah?
Saat mendapat kesempatan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menulis buku mengenai candi-candi dan situs yang berada di Kabupaten Sleman, saya bersama tim merasa bersemangat.
Ada enam belas candi dan tiga situs yang akan kami datangi. Peninggalan masa lalu tersebut antara lain Candi Miri, Candi Kedulan, Candi Ijo, Candi Abang, Candi Sari, Candi Kalasan, Situs Palgading, dan Situs Arca Ganesha. Artinya kami akan mengunjungi berbagai candi dengan keunikan dan kelebihan masing-masing, baik candi Hindu maupun Budha.
Candi Kalasan/Foto: Hermard
"Pak, besok kita ke Berbah, ke candi Abang," ujar Mas Hendy Irawan saat saya akan meninggalkan kantor Jentera Intermedia di bilangan Caturtunggal, Depok.
"Siap, Mas!"
"Besok berangkat goncengan saja Pak," jelas Mas Hendy. "Kita tak mungkin memakai kendaraan ronda empat!"
Saya tidak bertanya lebih jauh dan bergegas menyusuri Selokan Mataram ke arah barat.
Esoknya selepas makan siang, saya dan Mas Hendy meluncur dari Puri Kenari Depok menuju Candi Abang di Jogotirto, Berbah. Setelah menempuh jarak tiga puluh kilometer, ternyata kami menghadapi tantangan: jalan menanjak, sempit, licin, dan berbatu. Untuk sampai ke Candi Abang, mau tidak mau harus melewati semua rintangan yang menghadang.
Jalan Candi Abang/Foto: Hermard
Mungkin karena jalan yang begitu "syahdu" itulah menyebabkan Mas Hendy sempat menyarankan agar berboncengan motor saja ke Candi Abang.
Mendengar kata "Candi Abang", semula saya membayangkan akan berhadapan dengan candi indah berwarna merah (abang) karena terbuat dari batu bata. Tentu ini menjadi sesuatu yang istimewa karena pada umumnya candi berbahan batu merah hanya ditemukan di wilayah Jawa Timur. Harapan tersebut menjadi pudar karena setelah melewati jalan sempit berliku dipenuhi bebatuan, kami tidak mendapatkan bangunan candi.
Setibanya di lokasi candi, kami hanya menemukan gundukan tanah menyerupai bukit setinggi enam meter tertutup rumput.
Gumdukan Tanah Candi Abang/Foto: Hermard
Bentuk candi yang sesungguhnya tidak dapat disaksikan lagi. Hanya saja menurut catatan para arkeolog, Candi Abang berbentuk segi empat dengan ukuran tiga puluh enam meter kali tiga puluh empat meter.
Dari ketinggian Candi Abang, kami menyaksikan keindahan panorama gunung Merapi dan bentangan sawah menghijau sejauh mata memandang.
Panorama dari Candi Abang/Foto: Hermard