Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Rekuiem Centang Hijau

Diperbarui: 4 Desember 2022   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Rasanya aku ingin bunuh diri saat mendengar berita Centang Hijau akan ditenggelamkan ke dasar laut Kompasiana. Aku baru saja belajar mencintainya dengan kesungguhan hati. Selalu saja  di setiap namaku muncul, ia  setia berada di samping kananku. Aku merasa bangga. Centang Hijau seolah memiliki aura yang tak bisa aku jelaskan dengan mudah.


"Aku tak paham, mengapa kamu harus terlalu cepat menghilang dari hidupku?"
"Sudahlah tak usah sok romantis!" ejek Centang Hijau saat kami menyaksikan  karnival di Jalan Kesunyian.
"Hampir setiap pagi aku merindukanmu."
"Gombal!"
"Kalau tak percaya, belahlah dadaku."
"Semua lelaki sama saja. Saat akan kehilangan pasti menjadi perayu kelas wahid."
"Apalagi jika aku harus kehilanganmu...."
"Mbelgedes!"
"Buktinya setiap saat aku merindukanmu. Selalu menulis agar dapat bersanding denganmu di beranda Kompasiana."
"Cis! Toh masih ada Centang Biru yang tahes komes, menjadi primadona para penulis. Jujur sajalah kalau engkau juga naksir!"
"Aku tak bisa berpaling darimu. Tatapan matamu meneduhkan hatiku."
"Gombal!"
"Aku tak mungkin bisa merebut dengan mudah Centang Biru dari genggaman Engkong Felix  dan Bang Hanif. Juga pesaing lain di luar sana."
"Meski baru sebentar mengenalmu, tapi aku tahu kau adalah lelaki tangguh yang tak gampang menyerah!"
"Tak biasanya engkau memujiku."
"Sama. Tak biasanya engkau nggombal sampai membuatku hampir terkecoh," ujar Centang Hijau lirih.
"Terkecoh?"
"Iya. Aku nyaris jatuh cinta kepadamu."
"Hah?"
"Engkau tak percaya?"
"Mana mungkin?" tanyaku heran.
"Mungkin saja. Aku merasa mencintaimu pada waktu yang tepat. Pada saat aku akan kehilangan semuanya."
"Maksudmu?"
"Aku akan mencintaimu dalam keabadian dinding beku Kompasiana. Bukankah cinta tak harus memiliki?" tanya Centang Hijau sambil tersenyum manis.

                                         ***

"Mas, bangun Mas! Ngimpi apalagi kok cengar-cengir sendiri?"

Sebentar kemudian suara istriku tenggelam ditelan suara azan subuh dari surau sebelah rumah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline