Tahapan menulis dilalui dengan mempertimbangkan ide dan topik yang hendak disampaikan, memilah dan memilih bentuk pengungkapan (discourse), dan menaruh perhatian kepada tatanan (organization).
Bentuk pengungkapan ada bermacam-macam, beberapa di antaranya adalah narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentatif. Narasi adalah bentuk pengungkapan dengan mempertimbangkan urutan waktu dan menimbulkan kesan adanya perubahan yang dinamis.
Tulisan dengan bentuk pengungkapan naratif dapat dicermati dari beragam karya sastra, terutama cerita pendek dan novel. Bentuk pengungkapan deskriptif menggambarkan berbagai cerapan penulis dengan segenap inderanya yang bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca (audience).
Melalui deskripsi itu pembaca diharapkan dapat mengalami hal serupa dengan penulis, misalnya saat menggambarkan kecantikan wajah seorang perempuan, lezatnya semangkuk bakso, merdunya suara Tantri Kotak , atau indahnya lukisan Basuki Abdullah.
Bentuk pengungkapan eksposisi atau pemaparan (exposition) adalah bentuk pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan terpadu dengan maksud memberi penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses, atau peralatan.
Bentuk pengungkapan yang terakhir adalah argumentatif (perbincangan), bentuk pengungkapan yang bermaksud meyakinkan pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikap, sesuai dengan yang dikehendaki penulis.
Hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tatanan (organization) karena masing-masing tulisan memiliki aturan yang berbeda-beda.
Menulis puisi, cerpen, naskah drama, artikel, laporan penelitian, makalah, masing-masing memiliki aturan dan konvensi yang berbeda-beda.
Menulis artikel di media massa tentu saja harus mengikuti "hukum" yang berlaku dalam konvensi penulisan di media massa, harus selalu berpegang pada rumus 5 W (who, what, where, when, why) dan 1 H (how).
Untuk mempermudah dalam membuat tulisan (artikel/esai), biasanya penulis akan merancang sebuah outline (garis besar karangan). Garis besar karangan disusun dari pemilihan ide sampai perumusan ide utama dalam sebuah kalimat lengkap. Jika kita ingin membuat tulisan mengenai kaos (ide induk), misalnya, maka kita akan memikirkan secara suntuk mengenai ide tersebut (mengembangbiakkan rincian ide).
Pengembangan rincian ide mengenai kaos akan bersangkut paut dengan definisi, jenis, desain, sejarah, produsen, dan hal lainnya. Kenyataannya banyak jenis kaos yang bisa kita temukan: kaos kaki, kaos tangan, kaos singlet, kaos lampu, kaos oblong dan mungkin masih ada "kaos-kaos" lainnya.
Kita harus memilih kaos mana yang akan dijadikan tulisan, misalnya saja kaos oblong (topik karangan). Tentu banyak sekali jenis dan produsen kaos oblong. Untuk mempersempit pembicaraan, kita fokuskan saja bahan tulisan mengenai kaos oblong di Jogja, khususnya kaos-kaos yang diproduksi berkaitan dengan jagad pariwisata, bukan hingar bingar dunia politik (membatasi topik dengan sebuah tema).
Dengan demikian, "objek" tulisan lebih mengerucut, kita akan membicarakan kaos oblong produksi Dagadu, Jaran, dan Sarapan. Langkah terakhir dalam membuat garis besar karangan adalah merumuskan kalimat ide pokok, misalnya Kaos oblong Jogja dapat dijadikan sebagai sarana promosi wisata.