Menyiasati Media Cetak demi Pemuatan Artikel
Herry Mardianto
Ada dua kemungkinan penyebab sebuah tulisan tidak kunjung dimuat dalam media massa cetak (koran/majalah) yang dijadikan sasaran pemuatan tulisan. Pertama, berkenaan dengan kualitas tulisan (artikel) yang "biasa-biasa saja". Kedua, kurangnya pemahaman penulis terhadap media sasaran.
Umumnya tulisan yang dipertimbangkan redaksi merupakan artikel dengan kualitas memadai sesuai visi misi media, memiliki kejelasan gagasan, ketepatan momentum/timing, didukung akurasi data dan fakta, penyajiannya menarik, serta mudah dipahami (tidak berbelit-belit).
Secara sederhana, artikel merupakan tulisan berisi pemikiran penulis mengenai fenomena dalam masyarakat, dikemas secara khas dengan gaya jurnalistik dan diterbitkan melalui media massa (koran/majalah). Artikel pada hakikatnya bersifat subjektif, mengingat seluruh isi artikel merupakan hasil pandangan penulis secara personal-setiap penulis walaupun memiliki topik bahasan yang sama, tetapi disajikan dengan cara berbeda, sesuai pengalaman, latar belakang pendidikan, latar belakang sosial budaya, sudut pandang, dsb. Ciri-ciri artikel: mengungkapkan masalah aktual, ditulis berdasarkan pandangan penulis, isi tulisan berdasarkan fakta, bukan rekaan, bersifat lugas (langsung menuju pokok bahasan/persoalan), tuntas, artinya gagasan yang dikemukakan dalam artikel dibahas secara menyeluruh agar informasi yang disampaikan dapat dipahami pembaca secara utuh, dan jelas serta mudah dipahami.
Jadi, artikel adalah tulisan lengkap yang disajikan lewat media massa. Isi artikel berupa informasi mengenai fakta apa saja yang menarik perhatian penulis. Kelengkapan tulisan ditandai dengan adanya judul, bagian pembuka, pembahasan, dan penutup.
Judul merupakan magnet dengan daya pukau yang "seksi" guna merebut perhatian pembaca. Penentuan judul dipertimbangkan secara cermat: berkaitan dengan isi karangan, ringkas, dan unik. Tidak berbeda dengan judul, penyusunan bagian pembuka (paragraf awal) sebaiknya ngedab-edabi dalam "meracuni" pembaca. Redaktur surat kabar akan mempertimbangkan (menilai) setiap artikel dari judul, paragraf awal, dan paragraf akhir (penutup). Redaktur tidak sempat membaca artikel secara merenik dari A sampai Z karena setiap hari menerima puluhan bahkan ratusan tulisan. Dari sini dapat dipahami jika judul dan paragraf awal merupakan "pintu ajaib" bagi sebuah artikel untuk dapat diterima redaktur, kemudian dimuat di koran/majalah dan pada gilirannya dibaca masyarakat luas.
Bagian pembuka (pengantar) memuat gambaran singkat mengenai topik tulisan dan ruang lingkup pembahasan. Agar menarik perhatian pembaca, maka bagian pengantar disajikan dengan daya gugah dan daya rangsang yang kuat agar pembaca penasaran, memunculkan keinginan melanjutkan membaca artikel hingga tuntas.
Bagian pembahasan merupakan bagian pokok, berisi pemaparan topik tulisan. Pada bagian ini, penulis menjelaskan butir-butir informasi kepada pembaca. Pemaparan dalam bagian pembahasan harus mudah dipahami pembaca dengan menggunakan rangkaian kata dan kalimat sederhana, tidak bertele-tele dalam menyampaikan gagasan.
Bagian terakhir dari artikel berupa penutup, baik simpulan maupun penegasan pokok-pokok bahasan. Bagian penutup seyogianya disusun setara dengan bagian pembuka . Artinya, baik bagian pembuka maupun penutup mampu meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.
Dalam konteks media pemuatan, maka seorang penulis mau tidak mau harus memahami media sasaran berkaitan dengan visi dan misi, badan penerbit, rubrikasi, syarat pemuatan tulisan, dan selera redaktur. Koran Kedaulatan Rakyat, Kompas, Jawa Pos, misalnya, memiliki style dan taste yang berbeda, sehingga sebagai penulis, kita dituntut menyiapkan "bumbu-bumbu" penyedap terbaik sesuai selera masing-masing media agar tulisan mampu memikat redaktur.
Akhirnya, tulislah apa pun sesuai dengan minat, profesi, dan hal-hal yang disukai. Jangan ngayawara atau memaksakan diri. Teruslah meningkatkan personal branding dengan mengutamakan orisinalitas, bukan tulisan hasil tambal sulam yang memalukan.