Lihat ke Halaman Asli

Herry Mardianto

TERVERIFIKASI

Penulis

Strategi Membaca Puisi

Diperbarui: 20 November 2022   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Strategi Membaca Puisi
Herry Mardianto


/1/
Ekspresi sastra merupakan pengungkapan perasaan atau pengungkapan gejolak jiwa melalui karya sastra. Ada dua bentuk ekspresi sastra, yaitu lewat penulisan dan pembacaan karya sastra. Baik menulis maupun membaca karya sastra, kedua-duanya merupakan  sebuah proses seni. 

Menulis merupakan seni memilih kata (diksi), sedangkan membaca merupakan seni pengucapan (spreekkunzt). Penulis memikirkan kata, kalimat; sedangkan pembaca berusaha merealisasikan kata/kalimat yang menjadi pilihan pengungkapan  penulis.

Apa yang dilakukan penulis pertama-tama adalah  mengelola ide yang kemudian dituangkan dalam rangkaian kata agar dapat dimengerti dan dipahami oleh pembaca.  

Di sisi lain, tugas pembaca adalah merealisasikan kata/kalimat yang tertulis agar dapat dikenali, diidentifikasi, dan  dimengerti oleh penonton/pendengar (audience). Agar kandungan karya sastra dapat  dipahami dan dinikmati dengan baik, maka pembaca harus mampu memberikan bentuk realisasi estetik kepada keseluruhan bunyi  dalam sebuah karya sastra.

Dalam konteks ini kita bersepakat bahwa hakikat membaca karya sastra merupakan merealisasikan kembali perwujudan bunyi  yang semula tertuang dalam bentuk ideografi. Oleh sebab itu, membaca karya sastra mengandung pengertian mengungkapkan (kembali) ide (pengarang) dengan perantaraan bunyi-bunyi bahasa yang indah dan mengesankan. 

Keindahan bunyi-bunyi bahasa setidaknya tergantung pada volume, nada, speed, dan timbre. Dengan kata lain, membaca merupakan kegiatan berkreasi dalam ranah vokalisasi. Seorang pembaca harus berkreasi agar dapat mengekspresikan teks sastra dengan baik, teks sastra harus mampu dihidupkan  atau "diberi nyawa" dalam bentuk lisan.

Jadi, merealisasikan karya sastra dengan baik harus memperhatikan dua wilayah pembacaan: (1) wilayah pengungkapan ide/gagasan/buah pikiran, dan (2) wilayah seni pertunjukan.  

Pada wilayah pengungkapan ide, seorang pembaca dituntut mampu mengapresiasi puisi; sedangkan di wilayah seni pertunjukan seorang pembaca harus memahami berbagai media pendukung yang mampu mewujudkan kualitas dan intensitas vokal, gerak, permainan dan penikmatan; media tersebut dapat berupa tempat/seting, lighting, illustrasi musik, sound effect, kostum, dan make up.


/2/
Ada perbedaan membaca puisi sebagai sebuah pertunjukan atau membaca puisi untuk lomba  (lomba baca puisi). Sebagai seni pertunjukan, pembaca memiliki kebebasan dalam memanfaatkan penataan panggung, lighting, illustrasi musik, sound effect, kostum, dan make up. 

Sedangkan dalam lomba, pembaca harus taat kepada ketentuan penyelenggara, misalnya tidak boleh diiringi musik, tanpa menggunakan pelantang suara, tidak boleh memanfaatkan sound effect. Nah, tentu strategi yang dipersiapkan oleh pembaca dengan mempertimbangkan kriteria penilian yang  disepakati dalam pertemuan teknis. Pada umumnya, kriteria penilaian akan mencakupi interpretasi, vokal, dan ekspresi (mimik, gestur, moving).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline