Lihat ke Halaman Asli

Pendakian Gunung Rinjani, Pendakian Panjang & Tanpa Ampun (1)

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Haduhh... Gila, nih Gunung banyak banget PHP-nya. Ampun deh Rinjani!"

Kalimat di atas adalah salah satu komentar teman yang mendakibarengsama saya di Rinjani, beberapa waktu lalu. Komentar tersebut berkali-kali diucapkan bagaikan mantera untuk mengobati hati yang pedih karena di-PHP-inoleh gunung Rinjani.

Rencana mendaki gunung Rinjani sudah masuk dalamwish listsaya untuk tahun 2014 ini. Pra-persiapan sudah dilakukan sejak bulan Oktober 2013 ditandai denganhuntingtiket pesawat. Salah satu maskapai pun mendukung dengan memberikan program tiket promo Jakarta - Lombok dengan harga Rp. 110.000,- saja sekali jalan. Sedangkan tanggal, sudah direncanakan untuk memanfaatkan hari "libur" pemilu di 9 April, karena untuk hari "libur" tersebut pasti jarang sekali orang yang punya rencana untukhiking, berbeda dengan hari libur tanggal merah yang pasti sudah diserbu orang oleh mereka yang pecandu ketinggian. Saya masih trauma melihat gunung Semeru dipenuhi oleh "Pecinta Alam", yang Ranu Kumbolonya sudah mirip pameran tenda ketika libur panjang. Semoga danau Segara Anak tidak menjadi seperti itu.

Dalam pendakian gunung Rinjani ini tim saya berjumlah 6 orang, 4 orang dari Jakarta dan 2 orang dari Lombok. Saya, Dana -calon mantan pacar-, Apri dan Buyung adalah tim yang berangkat dari Jakarta. Sedangkan 2 orang dari Lombok itu kami memanggilnya dengan Juli & Mbah. Apri & Buyung berangkat dengan pesawat yang sama dan berangkat lebih dulu, Dana berangkat dengan jadwal siang dan saya berangkat paling terakhir. Setelah kami berkumpul di Bandara International Lombok (BIL), kami langsung menuju kediaman Juli untuk bermalam disana sebelum memulai pendakian.

Juli & Mbah sebenarnya bisa disebut sebagai guidekami selama pendakian di gunung Rinjani ini. Dengan pengalaman mereka yang sudah naik turun Rinjani berkali-kali, maka sedikit banyak menenangkan mental kami. Maklum, dalam pendakian ini harus saya akui secara jujur, bahwa persiapan saya dan 3 orang lainnya sangat minim, sehingga dengan adanya kehadiran Juli & Mbah sangat membantu dalam pendakian ini.

Setibanya di rumah Juli saya dan yang lainnya langsung membahas persiapan pendakian. Hasil dari pembahasan tersebut disepakati pendakian dilakukan dengan durasi 3 hari 2 malam. Hari pertama pendakian dilakukan dari desa Sembalun sampai dengan Plawangan Sembalun, hari keduaSummit Attackdan turun ke danau Segara Anak, hari ketiga turun pendakian melalui jalur desa Senaru. Sedangkan untuk pemberangkatan kami menyewa mobil tetangga Juli untuk diantar sampai desa Sembalun.

Apakah rencana pendakian dengan durasi 3 hari 2 malam tersebut bisa terlaksana dengan baik? Ikuti saja lanjutannya di bawah,hhe.

Rencana awal kami berangkat dari rumah Juli paling lambat pukul 6 pagi. Tetapi dikarenakan kelelahan akhirnya kami baru bangun tidur pukul 6 pagi (disini saja sudah membuat rencana pendakian sudah bergeser,hhe). Setelah selesai sarapan danre-packing carriermasing-masing, pukul 8 kami baru berangkat dari rumah Juli. 5 menit kemudian kami berhenti di pasar tradisional untuk membeli logistik dan nasi bungkus sebagai bekal makan siang dalam pendakian nanti. Pukul 9 kami baru benar-benar, sungguh-sungguh, berangkat menuju desa Sembalun.

Setelah kami melapor di kantor  TNGR desa Sembalun, pukul 10.30 kami tiba di desa Sembalun, tepatnya di sebuah gang pinggir jalan, benar-benar tidak ada tanda-tanda bahwa dari gang tersebut pendakian kami akan dimulai,hehe. Tepat pukul 11 siang kami memulai pendakian kami menuju singgasana Dewi Anjani. Berdoa, menjadi ritual pasti untuk memulai pendakian.

Jangan berharap pendakian di gunung Rinjani melalui jalur Sembalun akan disuguhi hutan-hutan tropis. Seperti yang sudah banyak diceritakan, bahwa jalur Sembalun itu dari awal sampai pos 3 itu isinya hanya padang savana dan panasnya matahari jangan lagi dirasakan, tapi dinikmati. Dari titik awal pendakian sampai pos 1 dibutuhkan waktu 2.5 jam untuk tim kami. Lambat memang karena standarnya untuk mencapai pos 1 hanya dibutuhkan 1.5 sampai 2 jam. Maklum saja karena mulainya pendakian kami di siang hari bolong, saat matahari tersenyum lebar, membuat beberapa diantara kami merasakan pusing dan mulai sehingga harus beberapa kali berhenti untuk memulihkan kondisi. Bisa dikatakan lah sebagai aklimatisasi. Istirahat di pos 1 selama 30 menit untuk makan cemilan, setelah itu kami langsung menuju pos 2. Pos 2 bisa terlihat dari pos 1 dan menandakan bahwa pos 2 dekat dari pos 1. Tetapi itu PHP pemirsa, karena walaupun terlihat dekat ternyata tetap saja dibutuhkan waktu 1 jam untuk tiba di pos 2.

Setibanya di pos 2 tim kami memutuskan untuk makan siang karena waktu memang sudah menunjukan pukul 3 sore. Saat itu kami sempat diskusikan untuk merubah target pendakian di hari pertama hanya sampai pos 3 saja. Tetapi karena saya dan teman-teman dari Jakarta "merasa masih sanggup" untuk meneruskan sampai Plawangan, maka disepakati target hari itu tetap sampai Plawangan dengan catatan ketika tiba di pos 3 akan dilihat lagi kondisi dari semua tim. Sebagai catatan, saat itu saya dan tim dari Jakarta merasa Plawangan sudah dekat karena berdasarkan dari referensi Juli dan Mbah setelah melewati pos 3 maka akan tiba di Plawangan. Pikiran kami saat itu sekitar pukul 8 atau 9 malam kami sudah bisa tiba di Plawangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline