Tanpa gembar-gembor, negara-negara bersaing satu sama lain untuk memiliki banyak talenta, yaitu sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Ini karena setiap negara ingin meningkatkan kesejahteraan warganya.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi tujuan jangka pendek negara manapun. Pertumbuhan ekonomi terwujud jika produktivitas orang-orang dam perusahaan-perusahaan di negara itu tinggi. Produktivitas memerlukan inovasi untuk menemukan produk-produk baru yang lebih unggul daripada produk-produk yang dibuat oleh negara lain. Inovasi akan terjadi jika tersedia SDM yang berkualitas.
Maka setiap negara yang berkeinginan untuk maju dalam ekonominya akan berusaha untuk memiliki talenta-talenta dalam banyak bidang. Jika talenta dalam negeri masih kurang, maka negara-negara akan mengundang talenta dari negara-negara lain. SDM unggul ini, warga sendiri maupun warga pendatang, kemudian perlu dijaga erat-erat jangan sampai pindah ke negara lain. Talenta adalah kunci kemajuan suatu bangsa.
Untuk menilai apakah upaya suatu negara berhasil memiliki talenta yang unggul, INSEAD -- lembaga pendidikan bisnis terkemuka Perancis -- bersama The Adecco Group dan Tata Communication menyusun model daya saing talenta secara global.
Model itu dituangkan dalam laporan berjudul The Global Talent Competitiveness Index 2018, Diversity for Copetitiveness. Tema Keberagaman untuk Daya Saing pada tahun ini dimaksudkan untuk menonjolkan pentingnya keberagaman sebagai sumber daya inovasi dan pemecahan masalah. Kolaborasi antara orang-orang dengan berbagai latar belakang, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian akan menghasilkan daya saing yang lebih tinggi, sehingga perlu dieksplorasi dan dikembangkan.
Model GTCI
Global Talent Competitiveness Index (GCTI) atau Indeks Daya Saing Talenta Global merupakan pendekatan untuk mengembangkan daya saing SDM negara-negara secara komprehensif sekaligus praktis. Model GCTI bertolak dari konsep Input-Output, yaitu ada tindakan (input) terhadap SDM untuk menghasilkan talenta yang unggul (output) dan sesuai dengan kebutuhan.
GCTI menggabungkan aspek Input dan Output dalam pengembangan talenta. Aspek Input menggambarkan kebijakan, sumber daya, dan upaya yang dilakukan negara untuk mengembangkan daya saing SDMnya. Unsur atau pilar Input adalah: menyiapkan (enable), menarik (pull), menumbuhkan (grow) dan mempertahankan (retain).
Pilar 'Menyiapkan' berkaitan dengan kebijakan, peraturan, program dan kegiatan untuk mencetak SDM yang terampil dan aktif. Pilar 'Menarik' berkaitan dengan upaya mendatangkan SDM berkualitas dari luar negeri, berupa perusahaan yang produktif maupun orang-orang yang kreatif. Termasuk dalam upaya menarik SDM produktif ini adalah meniadakan rintangan yang dihadapi penduduk karena latar belakang, atau gender, atau kemampuan orang tua.
Pilar 'Menumbuhkan' meliputi tindakan berupa magang, pelatihan, dan pendidikan lanjutan, pengalaman dan akses terhadap peluang pengembangan SDM. Sedangkan Pilar 'Mempertahankan' merupakan upaya untuk memastikan SDM terampil tetap berada di suatu negara, dengan antara lain menyediakan lingkungan yang nyaman untuk bekerja.
Aspek Output dimaksudkan untuk mengukur kualitas talenta yang telah dihasilkan oleh proses pendidikan dan pelatihan di sekolah dan di tempat kerja. Model GTCI membedakan dua unsur atau pilar keterampilan SDM, yaitu tingkat menengah dan tingkat tinggi. Keterampilan tingkat menengah yang disebut Vocational and Technical Skills adalah kemampuan kejuruan atau teknis yang diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman praktis.