Lihat ke Halaman Asli

Ditolak Mertua Karena Beda Etnis...

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Namaku Herry, aku seorang pria yang cukup menarik, ramah, murah senyum dan suka bergaul. Ini kisah cintaku yang telah lama ku simpan disudut hati, kisah cinta yang sesungguhnya miris dan tak ingin kukenang lagi.

Aku mencintai seorang wanita bernama Zee zee, entah kenapa aku bisa mencintai Zee Zee, yang pasti kutahu dia wanita yang cantik sekebun binatang... ehhh sekebun bintang film di kampungku. Kala itu bagiku cintaku bukan cinta semata belong, karena bukan hanya mata yang ikut merasakan minatku padanya tapi hati dan perasaanku begitu ingin selalu berada disekitar ketiaknya. "Cinta selalu menemukan jalannya" itu kata Pujangga, begitupun cintaku walaupun harus naik turun gunung, bolak balik ke mak Erot Nunik untuk reparasi otongku, dilanjutkan bertemu dukun beranak Miss Hawa untuk melihat kecocokan tanggal lahirku dengan Zee, dan bersua dengan Cece Lily Laotze Feng Shui untuk mencocokkan Shio-ku, hanya untuk mematri hati Zee zee jatuh cinta padaku.

Perjalanan cintaku dengan Zee, kulalui dengan penuh rasa syukur selain berhati baik dan berwajah manis, yang pasti ketiaknya wangi dan tidak berbulu.

Namun tantangan cinta pertama itu hadir, tepatnya ketika pertama kali aku bertamu kerumah Zee, Ibunya yang bernama Rhere menatapku sinis tanpa kedip bagai hendak menelanku dari ujung kepala hingga otongku, dan yang lebih parah ketika papanya Zee zee yang bernama Panca Hartanto bukan hanya menatapku sinis tapi juga memberikan bonus seringai, seakan-akan ada Banci Maskolis dan Wepe yang sedang menggigiti bokongku.

Walau demikian cintaku pada Zee tidak berubah, begitu pula Zee zee tak sedikitpun dia menampakan perubahan dalam sikapnya. Ketika pertama kali ku kecup bibir Zee zee dia hanya menutup matanya, namun kutahu dia membalas ciumanku walaupun kurasakan masih samar, diawali ciuman pertama ini akhirnya kami benar-benar berada dalam rindu asmara tingkat rawa gambut, yang bikin kaki juga hati seakan-akan tertarik semakin dalam dan dalam menuju harapan demi harapan untuk merajut asa ke fase yang lebih tinggi alias Nikah alias Kawin alias Legal Clootttt.

Akhirnya dengan membulatkan tekad sebulat kotoran Zee zee, dengan penuh kepercayaan diri dan bermodalkan cinta suci layaknya haid hari pertama anak perawan, aku melangkahkan kaki mengayunkan tangan menuju kediamannya. Dan inilah percakapanku malam itu tentang kisah cinta piluku yang tak akan terlupakan betapa perihnya ditolak calon mertua karena berbeda etnis :

“Malem Om Tante, Zee ada?” ujarku menyapa pak Panca dan Ibu Rhere yang sedang duduk santai diteras rumah mereka, namun jangankan menjawab melengos pun mereka tidak.

“Oh... Bang Herry udah datang, masuk bang” jawab Zee dari dalam rumahnya, dengan gaun manis yang memperlihatkan ketiaknya.

“Iya Zee, ehm... permisi Om, tan” ujarku masuk kedalam rumah mengikuti Zee zee sambil menyapa orang tuanya.

“Gimana mas, jadi melamarku malam ini?” tanya Zee dengan tatapan penuh harap.

“Iya sayang, ehm... tapi Papa sama mama mu khan lagi diteras tuh” ujarku mengingatkan Zee.

“Oh.. iya .... bentar kupanggilkan yah, abang yang manis” jawab Zee sambil menarik kedua orang tuanya keruang tamu itu.

Setelah saling berhadap-hadapan, bertatap-tatapan, berkerling-kerlingan, akhirnya kuberanikan diri untuk mulai buka suara.

“Om dan Tante, khan sudah tahu hubungan saya dengan Zee selama ini?” ujarku.

“Iya, tahu... emang kenapa, khan kamu tahu saya dan istri saya tidak setuju dengan hubungan kalian!” jawab Om Panca sedikit ketus.

“Om dan Tante, mohon pengertiannya tolonglah Om dan tante khan juga dulu pernah muda dan merasakan cinta, tujuan saya datang malam ini adalah ingin menyampaikan keinginan saya untuk mempersunting Zee” ujarku menjawab datar dan tenang.

“Apa!!!!! Apa lue bilang Nyet! Gak bisa dan tidak boleh! Titik!!!” ujar Om Panca kembali membentakku dengan kasar plus mata melotot kayak ikan asin.

“Memangnya kenapa Om... apa salah saya!” ujarku dengan nada memelas tapi kencang.

“Mau tahu salahmu?” jawab tante Rhere mengajukan tanya dengan ketusnya.

“Iya Tan..... “ ujarku menjawab dengan lembut.

“Itu karena kita beda etnis tahu!!! Elo anak Monyet... sedang Zee zee anakku anak kambing betina!!! Jelas!!! Tidak bisaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!” ujar tante Rhere berteriak histeris campuran suara kambing dengan domba hahahahahaha.

~o0o~

Itulah kisah cintaku si Gorilla Merah yang harus merasakan pahitnya ditolak mertua, hingga cintaku berkarat bertahun-tahun, sedangkan kekasihku Zee zee memilih menjadi Kambing Perawan Tua alias jomblo mandiri, karena baginya Otong gorilla jauh lebih berkelas dibanding otong Kambing seperti Andee, Wepe dan Maskolis hahahahahaha.

Wkwkwkwkkwkwkwkwk Salam Bibir Kenthir clotttttttttttt wkwkwkwkkwkwkwkwk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline