Lihat ke Halaman Asli

Herry Effendi

Mahasiswa Universitas Siber Asia

Madihin, Kesenian Khas Banjarmasin yang Masih Digemari di Era Milenial

Diperbarui: 4 Oktober 2021   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Acara Ragam Pesona Budaya Banjar 2021/tangkapan layar dokpri

Madihin merupakan salah satu kesenian khas Banjarmasin yang masih digemari di Era Milenial ini. Kesenian tradisional ini masih mendapat tempat di hati masyarakat Banjarmasin, dan sekitarnya. Terbukti kesenian ini tampil pada acara Ragam Pesona Budaya Banjar 2021 yang ditayangkan secara virtual pada tanggal 11 Juni 2021, dan juga sudah merambah di media sosial dikalangan anak muda.

Madihin berbentuk pantun atau syair-syair yang disajikan dalam gaya nyanyian yang diiringi pukulan gendang. Madihin berasal dari kata Madah dalam bahasa Arab yang berarti nasehat atau pujian.

Syair-syair, dan pantun dalam kesenian Madihin ini berisikan nasehat, pujian, sindiran , dan humor. Syair-syair yang berisikan nasehat biasanya mengandung kritik atas perbuatan yang tidak layak ditiru, sekaligus sebagai sarana pendidikan untuk pendengarnya, sedangkan untuk jenis syair-syair yang berbentuk pujian, sindiran, dan homur merupakan sebuah seni kreatif yang bertujuan untuk menghibur pendengar.

Biasanya kesenian ini dibawakan oleh dua atau tiga orang seniman di lapangan terbuka atau dalam gedung pertunjukan. Kesenian ini juga biasanya dilaksanakan pada malam hari yang dimainkan satu sampai dua jam. Namun pada era sekarang dapat disaksikan kapan saja yang bisa diakses pada media sosial.

Dikutip dari Buku Seni Tutur Madihin karangan Abdul Salam (2018), Kesenian Madihin ini diperkirakan sudah ada pada tahun 1526 (Antemas, 1981). Hal ini sesuai dengan penelitian Noor (2011:177) bahwa, dalam Islamisasi Banjarmasin abad ke-15, kesenian merupakan bagian tak terpisahkan dengan cara-cara dakwah yang disampaikan mubaligh. 

Ada juga pendapat yang menyatakan Madihin sejak abad ke-18 memasuki abad ke-19, pada saat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (ulama besar Kalimantan Selatan) yang pulang ke Banjarmasin dari menuntut ilmu di tanah suci. Sejak itu pula kesenian Madihin yang bernafaskan nilai-nilai agama Islam mulai berkembang.

Kesenian Madihin terbagi menjadi dua jenis yaitu Madihin Pakem, dan Madihin Kocak (Modern).

Madihin Pakem merupakan jenis Madihin yang pertama muncul di Banjarmasin. Jenis syair-syairnya berisikan sejarah kerajaan-kerajaan, budaya, dan agama. Sekarang untuk jenis madihin ini sangat langka, dan jarang ditemui, karena cuma beberapa orang saja yang mewarisi keahlian khusus jenis madihin ini.

Untuk Madihin Kocak (Modern) merupakan perkembangan dari Madihin Pakem yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang banyak dijumpai saat ini di media sosial. Madihin jenis ini disajikan dengan gaya humor atau kocak sehingga pendengarnya bisa tertawa lebar ketika mendengarnya.

Seniman yang membawakan kesenian ini atau sebutan profesinya dinamakan Pamadihinan. Pamadihinan dituntut memiliki keterampilan dalam seni mengolah kata-kata syair dan pantun dalam membawa kesenian ini, agar dapat menarik perhatian pendengarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline