Lihat ke Halaman Asli

Orang Gila itu Bernama "Roso"

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

7  tahun lalu aku harus mengikuti keinginan ayah ku untuk pindah sekolah ke sebuah sekolah di desa kecil. Aku harus menuruti permintaan ayahku karena beliau harus pindah kerja ke desa kecil tersebut. Bukan hal yang menarik, karena minggu-minggu awal sekolah aku isi dengan rasa kesal ego seorang anak yang ingin menempuh pendidikan yang lebih baik di kota.

Sekolah baru ini memang aneh, sering sekali gurunya tidak datang memberikan materi pelajaran ke kelas. Kadang untuk memanfaatkan jam kosong tersebut, anak-anak malah bukannya belajar namun bermain bola di lapangan yang berada di tengah-tengah sekolahku.

Keadaan sekolahnya juga sama sekali tak memberi ku rasa nyaman untuk belajar. Dan yang membuat keadaan yang semakin aneh adalah ada orang gila yang kadang-kadang datang mengganggu. Teman-teman ku memanggilnya Roso. Setiap hari ia sering mengintip di jendela kelas ku dengan pakaian hampir telanjang. Pemandangan yang benar-benar aneh untuk menciptakan rasa nyaman dalam belajar.

Suatu hari ketika pelajaran sudah usai , aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Kebetulan rumah ku tidak jauh dari sekolah. Dalam perjalanan pulang aku bertemu dengan guru bahasa inggris ku, kami berbincang bersama sepanjang jalan. Aku sempat bertanya tentang Roso, mengapa orang gila tersebut selalu berada di lingkungan sekolah ketika kami sedang belajar.

" Roso adalah murid saya dulu sekitar 7 tahun lalu " ungkap guruku.

Tersentak aku pun terdiam, guru ku bercerita bahwa Roso menjadi seperti sekarang karena dia tak bisa melanjutkan pendidikan karena masalah ekonomi.

" Roso adalah murid yang cerdas , ada guru yang mau menyekolahkan dia. Namun keluarga Roso tidak mengizinkannya " cerita guru ku.

" Kenapa begitu bu ? " tanyaku.

" Keluarga Roso menganggap itu seperti merendahkan keluarganya. Setelah itu, Roso lari dari rumah. Tak ada yang mengetahui ke mana dia pergi. Setelah beberapa bulan kemudian, Roso kembali dengan keadaan kejiwaan seperti itu. Sekarang keluarga Roso udah pindah semua dari desa ini " cerita guru ku sambil sedikit terisak sedih.

Aku hanya terdiam mendengarkan cerita itu. Hatiku benar-benar terkoyak oleh cerita seseorang yang sisa hidupnya hanya diwarnai ejekan dan hinaan orang-orang di sekitarnya. Tak aku bayangkan bahwa sikap ku terhadap keadaan ku di sini lebih memalukan dibanding Roso. Guru ku bercerita Roso sangat pandai dalam pelajaran bahasa Inggris dan sampai sekarang dia masih bisa berbicara sedikit dalam bahasa Inggris.

Esok harinya ketika aku sedang belajar matematika di kelas. Aku melihat Roso sedang menatap kami belajar di balik jendela sebelah kiri ku. Aku terlonta lemah sesaat , aku seperti tak sanggup menyaksikan keadaan ini. Lirih hati ku memikirkan nya. Beberapa saat kemudian aku memberanikan diri bertanya pada Roso.

"Hi, Roso how are you ? " tanyaku.

"I'm fine hahahhaha " jawabnya kemudian pergi berlari.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline