Lihat ke Halaman Asli

LGBT dan Publikasi Besar-besaran

Diperbarui: 20 Februari 2016   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mengapa kaum LGBT akhir-akhir ini seolah berani menunjukan eksistensinya?
Kalo kita telaah secara sederhana, televisi adalah media publikasi terbaik saat ini selain Internet yang mulai menunjukan taringnya dalam publikasi.
Bila kita kembali ke era 90an, televisi memberikan suguhan menarik dengan porsi yang lebih menonjolkan maskulin pada tokok utamanya. Sebut saja aktor-aktor pria diera 90an http://m.kaskus.co.id/thread/540d80655074109f228b4577/mengenal-para-aktor-sinetron-tahun-90an/ seperti Primus, Bucek Dep, Ari Wibowo, Aji Masait semua tokoh-tokoh ini menghadirkan sosok pria sejati idola generai di tahun 90an. Walaupun ada aktor diera 90an yang melakonkan peran kewanitaan, seperti Tesi di Srimulat. Tapi apakah mbak eh mas Tesi tokoh utama dalam serimulat??? Generasi 90an akan mengatakan tokoh utama disrimulat adalah Tarzan, atau Asmuni yang menjadikan suri tauladan (kebapakan). Bahkan Tesi sendiri ketika tampil diluar panggung dia menunjukan jati dirinya adalah laki-laki (yang saya tau). Ada juga artis sebut saja Bunda Dorce, tapi kita ketahui smua juga bahwa beliau menetapkan pendirian bahwa beliau wanita. Apakah beliau memerankan watak kelelakian? Saya rasa tidak, dia memerankan wanita dan dia keseharianya wanita.

Masuk ke era melenium ini, porsi tokoh utama bergeser ke para pelaku seni aktor yang menunjukan prilaku kewanitaan lebih besar sebut saja a b c dan d (takut uu it) bahkan tokoh pria tulen hanya pemanis di program televisi bahkan perannyapun terkadang menjadi kewanita-wanitaan karena tokoh utama. Diperparah juga dengan dayang-dayang (alay), pemeriah, peramay berlenggak lenggok gemulai padahal dia laki-laki smakin menjadikan sebuah tontonan lucu yang menarik tapi sayang tidak mendidik, namun menjadi tren diera sekranga "untuk menjadi pria lucu ya berprilakulah kewanita-wanitaan".

Dunia Internet pun semakin memudahkan para LGBT untuk show off. Bisa dilihat seperti media instagram, masyarakat awam seolah berlomba-lomba menjadi artis dadakan dengan bermodal pria berpakaian wanita kemudian melakukan kekonyolan-kekonyolan lalu direkam kemudian diunggah tanpa berfikir panjang mendidik tidak prilaku saya untuk anak saya kelak. Tidak sadarkah anda secara tidak langsung anda mendukung publikasi LGBT di Indonesia?
Dari urayan disini penulis mendukung langkah KPI (http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/13/o2hefh377-kpi-larang-program-televisi-promosikan-lgbt) untuk melarang program televisi yang mempromosikan LGBT, serta berharap pemerintah memblok semua situs yang mempertontonkan prilaku LGBT (http://waspada.co.id/warta/pemerintah-perlu-blokir-situs-lgbt/)

Untuk kami yang 25th ke atas (dewasa) sudah ada filter di kepala sementara untuk mereka yang usia anak-anak, ABG, remaja, ini pembodohan namanya. Menampilkan terus menerus tokoh2 seperti a b c dan d ditelevisi sah-sah saja tapi tolong televisi punya tugas moral membentuk generasi yang baik, generasi yang sehat, generasi yang kuat.

Pelaku seni bukan saja aktor, aktris tapi musisi, bila anda terus menerus menciptakan lagu-lagu kesedihan, keputus asaan, ke tdk berdayaan, apa jadinya negara ini kelak dipimpin generasi Galau. Jangan hanya mementingkan keuntungan semata, tapi ciptakan tanggung jawab moril ke masyarakat beri contoh yang baik.
Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline