Lihat ke Halaman Asli

Herri Mulyono

Dosen di Perguruan Tinggi Swasta Jakarta

Generasi "Telolet"

Diperbarui: 23 Desember 2016   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: http://www.mirror.co.uk

"Om telolet om" sedang viral. Jargonnya: "Bahagia itu sederhana". Viralnya pun mendunia, Walau tidak semua orang tahu apa makna "bahagia" dibalik suara telolet kelakson bus. Bahagia dimananya dari suara telolet itu, bagian frekuensinya kah? bisingnya kah? tipe nya kah? jenis suaranya kah? jenis bus-nya kah? dan kah-kah lainnya. Tidak semua orang memahami dimana bahagianya. Wajar bila banyak yang bertanya, "lucunya -om telolet om- itu dimana"?

Saya menikmati "om telolet om" yang sedang viral itu. Tapi bukan suara telolet nya itu. bukan juga mengagumi bus yang membunyikannya.

Saya menikmati "om telolet om" dari wajah-wajah anak-anak dipinggir jalan yang melambai-lambai sembari berteriak harap "om telolet om" dari tiap supir bus yang lewat. Begitu lugu wajah-wajah para pengharap itu. Oh indahnya.

Saya menikmati "om telolet om" dari wajah-wajah anak-anak dipinggir jalan yang berjingkrak-jingkrak senang ketika suara telolet itu menggema dari ujung kelakson bus yang melaju perlahan didepan mereka. Jingkraknya jingkrak senang. Jingkraknya jingkrak bahagia. Senangnya dan bahagia orisinil dari wajah-wajah polos yang tidak pernah menipu.

Saya menikmati "om telolet om" dari wajah-wajah anak-anak dipinggir jalan yang kecewa seraya me-wuuuu-kan bus-bus yang mengapaikan harap mereka. Suaranya wuuu-nya itu benar-benar menggemakan rasa kecewa yang murni, mendalam, tapi sesaat yang kemudian hilang dengan silih bergantinya suara telolet dari bus lain yang lewat. Kecewa yang orisinil yang tidak pernah mengumpal jadi dendam.

Saya menikmati "om telolet om" dari generasi yang saya pikir telah hilang dimakan modernitas dengan teknologi terbarukanya. Generasi-generasi polos dengan wajah bahagia dari sesuatu yang tidak modern, atau malah tradisional dengan berdiri dan meminta dengan penuh harap. Generas-generasi yang bahagia dengan cara yang begitu sederhana, murah tapi tidak murahan. Bukan seperti generasi modern di pelosok kota dengan gaya materialisme yang penuh gengsi dan tipu-tipu.

Saya menikmati "om telolet om" dari generasi yang berkumpul dengan kebersamaan dan persaudaraan, lalu kemudian bahagia bersama-sama. Bukan kumpulan orang yang bersama main-main lalu menerkam seperti macan.

Dan dari "om telolet om" yang saya kembali menemukan generasi yang saya pikir sudah hilang sirna. Dan dari generasi "telolet" inilah saya kembali mengumpulkan harap dan optimis, untuk saya, mereka, dan masa depan kami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline