Pelestarian budaya tataran sunda perlu diperhatikan. Banyaknya kekayaan budaya yang sudah hampir punah dan tidak lagi lestari di masyarakat kita sendiri.
Program KKN Mahasiswa UPI Purwakarta menginisiasi untuk terjun secara langsung pada masyarakat, khususnya pada siswa sekolah dasar untuk melakukan pengenalan dan pembelajaran pupuh sunda. Bertepatan di SDN 1 Citalang Purwakarta program KKN tersebut dilakukan. Berangkat dari usungan tema KKN Tematik yang berjudul "Desa Tanggap Budaya" maka saya bagian dari kelompok 183 KKN UPI memutuskan untuk menjalankan program pelatihan pupuh tersebut.
Program pengenalan dan pembelajaran pupuh ini dilakukan guna mengenalkan kepada siswa sekolah dasar akan budaya tempat tinggal mereka sendiri, yakni tanah sunda. Dengan demikian harapan besar dari saya sebagai penyelenggara program dapat membantu guru dalam tugasnya untuk mencerdaskan siswa khususnya dalam bidang kebudayaan dan bahasa sunda. Kegiatan ini didukung penuh oleh pihak sekolah dan teman seperjuangan tim KKN 183. Sehingga program tersebut telah terselenggara secara maksimal di lingkungan sekolah selama 4 hari yang diikuti oleh siswa kelas 4 yang berjumlah kurang lebih 120 siswa.
Kegiatan dilakukan pada tanggal 25 Juli 2022 hingga 28 Juli 2022, yang bertepatan di Lab. Komputer SDN1 Citalang Purwakarta. Dalam kegiatan tersebut berbagai aktivitas seru dilakukan untuk menarik perhatian siswa dalam memperlajari pupuh.
Salah satu metode yang dilakukan saat pengenalan dan pembelajaran siswa diajak untuk mengenali beberapa kosa kata bahasa sunda terlebih dahulu yang sudah disajikan dalam power point eyecatching sehingga memusatkan perhatian siswa, setelah itu siswa diberikan selebaran semacam brosur yang isinya adalah lirik dari pupuh yang akan dipelajari. Jenis pupuh yang pada saat itu saya sampaikan diantaranya pupuh maskumambang, pupuh balakbak dan pupuh kinanti.
Sebelum kegiatan nembangkeun pupuh atau menyanyikan pupuh dilakukan, saya memberi seulas materi dasar tentang pupuh seperti pengertian, isi dari pupuh, bagian guru lagu dan guru wilangan. Barulah setelah itu siswa diajak menonton video terlebih dulu agar dapat mengetahui nada dari pembawaan pupuh.
Setelah video selesai, saya memandu untuk nembang pupuh di depan kelas lalu diikuti siswa lainnya bersama-sama. Meskipun siswa-siswi tersebut belum pernah belajar pupuh sebelumnya, namun ada beberapa siswa yang sudah mengetahui apa itu pupuh. Kemudian mereka dengan seksama memerhatikan penjelasan serta cara membawakan pupuh tersebut.
Tidak hanya sekedar pengenalan, namun siswa diarahkan untuk tampil. Hal tersebut dilakukan untuk melihat hasil pembelajaran yang memang dapat dikatakan cukup singkat. Dalam waktu satu hari mereka diajarkan tiga jenis pupuh yang berbeda.
Tetapi dengan semangat yang mereka punya, siswa-siswa tersebut dengan antusias bergantian ingin bernyanyi di depan kelas. Setelah itu kegiatan ditutup dengan apresiasi pemberian hadiah kepada siswa yang mempu bernyanyi pupuh dengan baik menggunakan nada dan lirik yang sesuai.
Dari kegiatan yang sudah terselenggara ini, dapat dilihat bahwa sebagian siswa yang berada di tanah sunda masih tertarik untuk belajar memahami kebudayaan daerahnya sendiri, terkhusus untuk belajar tentang pupuh. Namun kerap kali mungkin kurangnya pengenalan dan pembiasaan yang dibangun pada keseharian siswa yang mengakibatkan siswa masih merasa asing dan canggunng untuk menembang pupuh sunda. "Bagus, kegiatan yang menarik dan perlu dibiasakan memang untuk pembelajaran pupuh sunda sehingga siswa tidak malu-malu". Ujar kepala sekolah SDN 1 Citalang Purwakarta Bapak Aris Purwadin, S.Pd.