"Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. (Karena) dengan buku aku bebas." Drs. Moh.Hatta
Pengantar
Sejarah bangsa ini menorehkan satu guratan halus bertinta emas yang dibuat oleh tokoh nasional, Proklamator, Drs. Mohammad Hatta. Ia begitu mencintai buku, sampai membuat pernyataan sebagaimana kutipan di atas.
Ketika berada di Boven Digul tempat pembuangannya, satu koper buku dibawanya serta. Ia ditemani buku sehingga raganya boleh terkurung bahkan terasingkan dari dunia luar, namun rohnya pergi ke mana-mana oleh karena ia telah ditemani buku.
Ingatan kita ada pada Ir. Soekarno, Sang Orator dan sejumlah sebutan lainnya. Ia dipenjarakan di ruang sempit Sukamiskin, namun buku telah menjadi teman sejatinya. Membaca buku baginya mengisi roh pergerakan, maka tidaklah mengherankan ketika ia membuat pledoi dan dibacakan di dalam sidang pengadilan. Pledoi mana sangat menggetarkan kaum kolonial: Indonesia Menggugat.
Nah, bagaimana jika setiap pemimpin di daerah menjadi teladan dalam hal membaca, menghadiahi dan menghimbau untuk satu buku satu peserta acara tertentu dan saling bertukar sebagai hadiah?
Tidakkah hal itu akan menjadi sesuatu yang berbeda? Sesuatu yang menginspirasi untuk membangkitkan minat baca agar literasi sederhana seperti membaca, menulis dan berbicara teratur dan sistematis dapat dijadikan suatu budaya?
Pengalaman Belaka
Sekadar menceritakan pengalaman tentang memberi hadiah dengan buku. Saya hampir selalu berusaha untuk memberi hadiah dengan buku pada acara tertentu. Hadiah buku saya berikan agar menginspirasi bukan saja pada yang menerima tetapi secara tersirat kepada yang menyaksikan. (baca di sini dan di sini)
Beberapa kali saya mengirim buku kepada pejabat publik sebagai cara untuk menginspirasi sehingga diharapkan mereka pun mau memberi hadiah dengan buku bila berada di suatu tempat.