Pengantar
Di luar dugaan masyarakat pedesaan Timor pada umumnya, dan khususnya masyarakat pedesaan Pah Amarasi. Lazimnya setiap tahun bila ada hujan selalu ada sekitar bulan Okober, dan berlangsung sehari atau dua hari saja. Sesudah itu, cuaca kembali memasuki musim panas (cenderung kemarau) di pedesaan Pah Amarasi.
Ternyata, tahun 2024 ini hujan turun pada minggu ketiga September. Bukan sekadar hujan ringan-ringan.
Dalam masyarakat adat Pah Amarasi ada sebutan yang khas bila hujan turun dalam kelaziman bulan Oktober, dan bila sekarang terjadi pada bulan September. Sebutan khas itu dalam bahasa lokal sebagai berikut: keek pe'es nasaeb hau no'o
Keek Pe'es Nasaeb Hau No'o
Satu ungkapan sederhana dari masyarakat pedesaan di Pah Amarasi sebagaimana ada dalam sub judul ini: keek pe'es nasaeb hau no'o, secara harfiah artinya tutup celah membuat tunas baru.
Frasa sebagai ungkapan ini ada menurut situasi alam yang dihadapi masyarakat pedesaan dalam wilayah ini. Setiap tahunnya, sesudah musim penghujan, tanah akan memberi kesuburan. Pepohonan memberikan kerindangan yang menjadikan alam Pah Amarasi terlihat menghijau di mana-mana. Rasanya wilayah ini sedang menikmati kemakmuran (?). Tidak!
Ketika musim penghujan, tanah di tempat tertentu akan mudah longsor. Ini terjadi berulang kali di lokasi seperti itu, bahkan ada pula longsoran di tempat baru akibat penggundulan hutan. Pada sisi lain, area dataran rendah yang tanahnya labil, akan retak-retak (anpeek atau anpeak ~ kata kerja; pe'es; pe'as ~ kata benda). Tanah yang retak-retak ini terjadi karena panas menyengat.
Akibatnya, area sekitar di mana tanah mengalami keretakan di sana terlihat kering kerontang. Rerumputan dipastikan kering, hingga permukaan tanah terlihat. Sangat riskan bila retakan itu ada di jalan setapak dan jalan yang dapat dilalui kendaraan roda dua.
Retakan tanah akan terisi kembali ketika hujan turun. Hujan akan berdampak pada aliran air di permukaan tanah sekitarnya, lalu aliran itu akan membawa tanah baru dan mengisi rongga akibat retakan. Inilah yang disebut keek pe'es/pe'as.
Pepohonan yang lazimnya berdaun rimbun, menggugurkan daunnya bila memasuki musim panas. Pohon mahoni, jati, kesambi, bahkan keladi dan sejenisnya pun mulai menggugurkan daunnya untuk mencegah penguapan, dan bertahan hidup.
Dalam kondisi yang demikian, masyarakat pedesaan yang umumnya bertani sambil beternak sapi mulai gelisah. Gugurnya daun lamtoro, pates, dan turi menjadi satu faktor yang menggelisahkan. Rumput yang mengering (mati) di awal musim panas telah mengganggu ternak sapi.