Bila berencana melakukan perjalanan ke Amfoang dengan memilih jalur Barat sepanjang pesisir, dan untuk pertama kalinya, mungkin Anda akan bertanya-tanya pada beberapa objek sesuai konteks masyarakat zaman ini.
Masyarakat zaman ini akan bertanya, bagaimana kondisi jalan, mungkin ada jembatan, mungkin ada signal agar mudah berkomunikasi, adakah tempat beristirahat (rest area) dengan ketersediaan keperluan sesaat (makanan dan air minum), dan lain-lain.
Nah, hal yang demikian asanya sudah biasa saja bagi masyarakat Amfoang Barat Daya, Amfoang Barat Laut, Amfoang Utara dan Amfoang Timur.
Mereka akan menggunakan jasa angkutan dalam kota antar propinsi (bis), pikap, motor dan kendaraan pribadi.
Ada kegemasan prioritas masyarakat Amfoang bila berdiskusi tentang infrastruktur jalan dan jembatan. Kegemasan terlihat oleh karena Pemerintah Daerah dan Pusat bagai "menutup mata" pada kondisi mereka.
Mereka mengikuti perkembangan informasi pembangunan di berbagai tempat, sehingga merasakan ada perbedaan perlakuan pada mereka.
Tentulah patut disadari bahwa pemerintah daerah dan pusat mempunyai target-target, dan tidak secara simultan mewujudkan program pembangunan di semua tempat.
Kecemasan mereka renda dan rajut dalam usulan berjenjang ketika pemerintah mengadakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang).
Mereka akan tersenyum menanti bila usulan diterima di tingkat kecamatan agar dapat dibahasprioritaskan di tingkat musrenbang Kabupaten. Siapa sangka bila di Kabupaten akan diprioritaskesekiankan atas alasan program di tempat lain lebih prioritas?
Aspirasi masyarakat Amfoang sesekali melalui penjaringan aspirasi masyarakat (jaring asmara) ketika anggota legislatif di daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Kupang dan Pemerintah Pusat elakukan kunjungan pada masa reses.