Pengantar
Dalam beberapa tahun terakhir ini rasanya dunia literasi, khususnya menulis di blog dan berbagai media sosial telah amat sangat marak. Di antara para Blogger tentulah ada manfaat yang dipetiknya, demikian pula pemanfaatan aplikasi media sosial.
Literasi yang demikian telah "menaikkan" pamor para pemakainya, entah sekadar suka untuk memperluas ranah persahabatan, memperpendek jarak bila rindu bersua, atau berbagi informasi dan inspirasi.
Langkah bijak bila para pengguna media sosial makin positif menulis, membaca dan melihat foto, menonton video, dan lain-lain. Semua pengguna media sosial memiliki brand sendiri yang mudah diingat oleh sahabat-sahabatnya.
Blogger yang kreatif pasti sudah banyak yang mengumpulkan kembali tulisan-tulisannya. Semua tulisan itu mengalami proses sunting, lalu melalui mekanisme yang diberlakukan oleh Penerbit, terbitlah buku dari karya seorang blogger atau beberapa orang dalam wujud antologi.
Pengalaman lain, kini banyak buku yang diterbikan dengan pendekatan e-book. Toko-toko buku online pun bertebaran, harga buku makin murah. Buku yang tradisional hard copy mulai terancam keberadaannya, padahal di pedesaan dan pedalaman hingga desa-desa nelayan, buku-buku seperti itu masih langka dan butuh perhatian.
Tulisan ini hendak saya hentar kepada cerita sekitar dunia tanda kenangan (cendera mata) yang sudah saya buat, sekadar membagi pengalaman belaka.
Memberi tanda kenangan (Cendera mata) dengan buku
Pada tahun 1999 saya bertugas di SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kabupaten Kupang. Ketika Pemerintah Kabupaten Kupang menetapkan kebijakan pelantikan kepala sekolah pada April 2017, saya dimutasi ke SD Inpres Buraen 1 Amarasi Selatan Kabupaten Kupang.
Di sini, saya mulai mencoba "mengkampanyekan" pemberian cendera mata dengan buku. Lulusan SD Inpres Buraen 1 akan selalu saya beri buku karya saya sendiri.
Lalu pada tahun terakhir, tahun 2021, sebelum saya dimutasi saya mewajibkan para siswa menulis pengalaman mereka. Hasil dari menulis itu saya bukukan, kemudian menjadi cendera mata ketika mereka mengambil ijazah.
Saya tidak berhenti di sana. Ketika saya menghadiri resepsi-resepsi pernikahan, kepada pengantin akan saya hadiahi buku, atau pada acara-acara tertentu yang sempat saya hadiri dan bersifat ilmiah: seminar atau lokakarya, saya akan tinggalkan kenangan dengan buku.