Aku duduk di sini, melongo tanpa kata, bisu
lama, lama, diam, diam bagai di lorong waktu
Anak-anak berlarian dengan membawa wajah pasi
Kaum muda mempercepat langkah, berlari dan berlalu
Kaum tua bergerak dalam dinamika kebijaksanaan
"Tolong ... !"
"Tolong ... !"
"Tolong ... !"
Sebentuk benda tajam telah terayunkan
anggota tubuh korban nyaris putus
sekarat tak berdaya, tewas mengenaskan
tamatlah riwayat kehidupan satu insan
berakhirlah kisah kebersamaan dalam kerabat
Tangisan meledak dan menyeruak
Udara dipenuhi riuh rendah tangisan
Ratapan mendesak dan berderak-derak
Bentang langit menudungi kegeraman
satu tumbang bagai tak cukup
"Tolong ...!"
"Tolong ...!"
"Tolong ...!"
Bilah tangan sebelah nyaris putus
sekelebat gelap mata asa pun pupus
kehidupan berakhir di titik kerapuhan
pergi menuju alam tak kasat mata di sana
geram pada kerabat yang tinggal di mayapada
"Oh... ! Betapa kehidupan ini singkat."
Sangat-sangat singkat ditebas sekejab saja
Pasal ayat hukum rimba berlaku kabur
Pasal ayat hukum positif berlaku nyata
Sayangkah keduanya orangtua - anak
"Oh... ! Betapa kehidupan ini singkat."
Rumput pun masih ada jedah istirahat
menyembunyikan diri ketika kemarau
langsung muncul ketika hujan pertama
menghijau indikasi adanya kehidupan
Kini...
keduanya telah tiada di mayapada
Memulai hari baru di mayapada
dalam geram kesal kecewa dan sedih
pada kekasih dan buah cinta kasih
Menata dan menatap masa depan
dengan cara menata hati dan hari-hari
dalam labilnya reaksi emosi jiwa
bersama buah cinta yang ditinggal
yang pasti bertanya, "Mana papa?"