Puisi di bawah ini PA tulis untuk mengenang seorang guru, yang lebih tepat menjadi orang tua daripada sekadar seorang sahabat. Tugas sebagai guru telah ditinggalkannya selama 13 tahun karena memasuki masa pensiun. Ia sedang sehat-sehat saja, masih sibuk dalam beberapa kegiatan kemasyarakatan. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh kabar meninggalnya.
Aku duduk di sini, sahabat
menengok masa yang telah terlewati
di sana kudapati jejak-jejak berkesan
walau ada di antaranya yang telah tertutupi
dedaunan, dedebuan, lelumpuran, bebatuan kerikil
tapi, masih ada yang tersembul muncul
menyisakan kisah kenangan masa
Aku duduk di sini, sahabat
bertanya pada waktu pencerita
dia bercerita tentang dirimu,
ketika kakimu menapak ruang-ruang kelas
dan jemarimu membelai papan hitam berlulur kapur putih
dan dari mulutmu lahir frasa mendidik dan mengajar
dari tanganmu kau antarkan ketrampilan sederhana
dari ruang-ruang kelas terlahir anak-anak berbakat
dari sana mereka meluaskan pengetahuan dan ketrampilan
Aku masih duduk di sini, sahabat
merenung dan berimajinasi pada masa mudamu
ketika jalanan masih berdebu, dan kakimu menjejak
ketika komunikasi terjalin lewat surat dan radiogram
ketika perkara mendera dirimu dan kau menjadi pendakwa
ketika mereka diwajibkan pengadilan untuk melunasi kewajiban
ketika mereka tak tunduk pada keputusan dan kau melunasi tugasmu
ketika kau kembali ke ruang kelas dengan siswa beragam rasa dan emosi
ketika kau menaikkan tensi ketrampilan mendidik dan mengajar
lalu tiba di bidang datar akhir tugas yang disebut pensiun
hingga menyibukkan diri pada area sosial kemasyarakatan
Aku masih akan mengenang ritmemu, sahabat
ketika destar kebanggaan menaikkan martabat negeri
bersama mereka yang urun dalam rembuk peradaban
hendak menggalang nuansa peradaban pembaharuan
menaikkan tensi martabat atoin meto' di sonaf-sonaf
gerak langkahmu bagai pawang bergerilya di bawah tanah
strategis dan taktis sukses di haa'nua dan oni'nama'
Sahabat,
mimpimu kau wujudkan dalam karsa dan karya
tertunaikan di sana-sini, tertundak pula di sana-sini
ingatkan kaummu, lanjutkan gaya dan irama karsa dan karyamu
ketika jasamu terpatri pada ruang dan relung-relung kenangan
Umi Nii Baki-Koro'oto, 28 September 2023
mengenang sahabat dan kerabat, Bernard Tnunay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H