Lihat ke Halaman Asli

Roni Bani

Guru SD

Saat Horizon Mencumbui Juli

Diperbarui: 2 Juli 2023   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri, Roni Bani

(Pemulung Aksara rindu main-main dengan kata-kata roman (tik) lagi..... haha...)


Sang Juli telah merapat dan telah menghunjukkan rupanya. Ia tampil di panggung sangkala pada termin pertama dengan wajah kusam. Akh... bolehkah bertanya padanya, "mengapa kusam wajahmu, wahai Juli (us) Sang Kaisar? Tidakkah kau hendak menunjukkan wibawamu di hadapan sangkala dan kosmos bernagari?"

"Aku tak dapat menahan energi cumbuan Sang Horizon. Ia mencumbuiku dengan bumbu kecemasan. Mega-mega kecil yang kupanggil agar memberi kesejukan, justru yang datang bermuatan bilyunan butiran air.  Lihatlah, titik-titik air yang ia bingkai bukannya dipercikkan. Ia malah menuangkannya begitu banyaknya. Alhasil, aku tampil di panggung sangkala dengan wajah kusam," jawab Sang Juli 

Kosmos bernagari tampil pula dalam dua rupa. Rupa pertama tersenyum, rupa sebelahnya cemas. Senyumannya memberi harapan tentang kehidupan di sekitarnya yang akan menghijau dan mengantarkan ayu nan riang. Cemasnya beralasan berhubung Sang Juli (us) semestinya mengantarkan cahaya kesejukan ketika mentari pagi menyapa ramah setiap paginya, dan ketika senja tiba akan meninggalkan premis berbahana. 

Insan ber-Tuhan berupaya menggerakkan tubuh yang sedang kesemutan. Atmosfer bermuatan kesejukan berganti rasa menjadi dingin hendak membekukan darah yang hambar rasa. Aliran darah membutuhkan gerak badan secara lebih kuat dan bersemangat. Raga mesti merasakan kehangatan di kala hambar rasa mencengkram. Lalu, gerak kaki mengangkut tubuh menuju ke tempat bersekutunya kaum ber-Tuhan. Di sana saling sapa dalam cinta kasih. Cemas, galau, gelisah akan dikikis manakala asa bertumpu pada kasih abadi Ilahi.

Entah lintas sangkala akan berganti rona esok ataukah bergeming?

Selamat datang Juli. Cumbu Sang Horizon tak menyurutkan niat melintasi sangkala. Segala makhluk bernafas akan terus berada di dalam ekosistem saling bergantung untuk hidup dalam jaring kehidupan. Kau akan menjadi saksi bisu dalam rentang dan lintas ruang sangkalamu. 

Aku, Pemulung Aksara akan tetap dan terus berada dalam ritme kehidupan bersama kamu, kaum dan umat.

Tersenyumlah ... haha....

Umi Nii Baki-Koro'oto, 2 Juli 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline