"I am a slow walker, but I never walk backwards." Abraham Lincoln
Hari Kelahiran Bertanggal
Setiap orang yang pernah lahir, dipastikan lahir pada satu satuan waktu. Satuan waktu itu disebut hari kelahiran. Pada satuan waktu tersebut orang menyebutkan dan menuliskan secara tepat tempat kelahiran dan tanggalnya yang terdiri dari satu hari berbilangan/angka tanggal dalam bulan berjalan dan angka tahun. Hari kelahiran bertanggal itulah yang akan menjadi penanda bertambahnya umur seseorang. Pada hari kelahiran bertanggal itu akan dirayakan setiap tahunnya. Nama hari dapat berulang oleh karena hari-hari dalam seminggu, tetapi nama bulan akan tetap, sementara angka tahunnya akan terus bertambah menurut deret angka maju.
Kaum atau komunitas yang tidak sempat mencatat hari kelahiran bertanggal, biasanya ingat sesuatu peristiwa di sekitar hari kelahiran. Misalnya kelahiran pada suatu musim seperti orang pedesaan akan ingat musim menyiapkan ladang, menanam, menyiangi, atau panen. Bila bukan pada musim seperti itu, dapat saja diingat pada musim penghujan atau kemarau, dan lain-lain. Sementara di masyarakat pantai kira-kira akan menyebut saat panen ikan melimpah atau paceklik panen, air laut pasang atau surut, kecelakaan dan lain-lain peristiwa yang menjadi penanda seseorang lahir. Kemudian mereka yang berpendidikan akan menentukan satu tanggal dan bulan serta tahun yang disesuaikan dengan cerita peristiwa.
Pengetahuan tentang sejarah penanggalan tentu sudah menjadi pengetahuan pada publik, termasuk penamaan hari dan bulan. Semuanya itu berawal dari situasi tertentu yang dialami oleh kaum dan komunitas bahkan bangsa tertentu yang "memaksa" mereka untuk menguras olah pikir agar mendapatkan sistem yang tepat agar menjadi titik penanda bagi setiap insan, komunitas dan hingga suku bangsa dan bangsa.
Kita mengetahui adanya kalender Julianus dengan sejarah penggunaannya hingga diganti dengan kalender Gregorian. Perhitungannya menggunakan gerak semu matahari. Kita pun mengetahui kalender Hijriyah yang menggunakan gerak bulan. Kalender suku Maya, Tzolkin dan di Indonesia ada kelender Kejawen dengan nama-nama hari yang unik menarik.
Satu (sumber)Penamaan hari pun pada dasarnya mengikuti pola berbahasa dan peristiwa tertentu dalam aliran kepercayaan pada zamannya, demikian pula nama bulan. Maka, tersebutlah nama seperti Sunnandaeg menjadi Sunday; Monandaeg menjadi Monday, Tiwesdaeg menjadi Tuesday, Saetersbdaeg menjadi Saturday; sementara nama dewa seperti Woden, Thor, Frigg disematkan pada hari Wednesday, Thursday, dan Friday. Suatu penamaan yang menarik termasuk penanggalannya sejak zaman Mesir dan Romawi Kuno dan bangsa-bangsa lain yang tingkat peradabannya telah mengalami pergeseran untuk tiba pada pengetahuan yang sifatnya abstraksif.
Kini manusia modern menggunakannya bahkan dimulai dari second yang sungguh amat sangat cepat namun diterima sebagai suatu ketepatan dalam perhitungannya.
Oleh karena itu, orang mencatat hari kelahiran sebagai titik berangkat menghitung pertambahan umur baik sebagai individu maupun institusi. Maka tengoklah, setiap individu merindukan hari kelahirannya diperingati baik secara sederhana hingga gelimang kemewahan. Tensi sukacita antara pun terasa berbeda antara penyelenggaraan yang sederhana dengan semerbak kemeriahan dan kemewahan.
Peringatan hari kelahiran bukan saja oleh individu, tetapi institusi yang membiangkai satu komunitas, hingga satu negara yang memapah dan menggendong anak bangsa di dalamnya. Institusi pun bervariasi entitas dan identitas yang memberi warna berbeda pada saat peringatan hari kelahiran. Maka, durasi kegiatan untuk kemeriahan itu sering ditentukan untuk sekian hari, bahkan dapat menjadi bulan khusus dan istimewa.
Tengoklah Pekan Raya Jakarta (PRJ). PRJ diadakan sebagai satu paket terpadu dengan peringatan hari kelahiran Kota Jakarta. Semarak dan kemeriahan PRJ rasanya menyelubungi tujuan utama peringatan hari kelahiran kota Jakarta. Kesan terpatri setiap tahun ketika mendengar ucapan frasa peringatan hari kelahiran kota Jakarta, maka imej akan mengarah ke PRJ.
Lihatlah kemeriahan peringatan 17 Agustus yang diterima sebagai hari lahirnya NKRI; puncak peringatan ditandai dengan upacara di istana negara di pusat pemerintahan dan menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Kemeriahan itu membekas dalam ingatan. Semua itu bagai selebrasi bangsa agar sesudahnya ada motivasi untuk menggeser langkah maju sebagai satu bangsa dalam langgam pembangunan dan pengembangan sumber daya.