Lihat ke Halaman Asli

Roni Bani

Guru SD

Mungkin Nilai Sportivitas dan Fair Play saat Garuda Lipat Sayap

Diperbarui: 31 Maret 2023   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan Layar Kompas TV, Roni Bani

Pengantar

Dua topik pembahasan cendrung panas di pentas nasional yang tensi dan atensi publik meningkat. Topik pertama, Publik menaikkan atensi kepada Gedung Kura-kura dimana Menkopolhukam Prof. Mahmud MD duduk bersama Komisi III DPR RI membahas transaksi keuangan yang janggal yang nilainya fantastis, 349 milyar rupiah. 

Topik kedua, tentang pembatalan tuan ruman Indonesia untuk menghelat sepakbola sejagad untuk kategori U-20. Pembatalan dilakukan oleh otoritas organisasi sepakbola dunia, FIFA. Utusan khusus Presiden yaitu Erick Thohir yang menemui Presiden FIFA di Duha tak berhasil melobi, alias gagal.

Tensi publik naik entah mencapai berapa derajat oleh karena dua topik ini. Pada topik pertama, berhubungan dengan politik, tindak pidana pencucian uang, dan "gangguan" ekonomi serta dampak lainnya termasuk kemungkinan dramatis misalnya, resuffle kabinet. 

Sementara topik kedua, berdampak pada kekecewaan yang dimulai dari para pemain sepakbola U-20 yang sudah siap fisik dan psikis, organisasi sepakbola di semua jenjang, Presiden dan Kabinetnya, mungkin sebahagian anggota DPR, terutama kawula pecinta sepakbola. 

Bagi dunia sepakbola di Indonesia, rasanya tak akan ada lagi kesempatan kedua untuk menjadi tuan rumah perhelatan sepakbola sejagad. Semua ini terjadi karena alasan politik, tidak ada hubungan diplomatik NKRI - Israel.

Nah, dunia pendidikan belajar apa?

Nilai Sportivitas dan Fair Play

Rasanya, sportivitas sudah meresap dalam darah atlit olahraga apa pun. Sportivitas sebagai suatu sikap dimana seorang atilit olaraga harus mengakui keunggulan lawan dan mengintrospeksi diri atas kelemahan dan kekurangan.

Lalu, fair play secara harfiah artinya bermain jujur dan adil. Jadi, cabang olahraga manapun mengajarkan dan menginjeksikan ke dalam darah atlit dan penontonnya sikap sportif dan kejujuran.

Beberapa hari ini di atas panggung publik Indonesia, bertebaran permainan bola politik. Bola politik itu ditempatkan di titik tengan lapangan permainan. Saat itu FIFA mengarahkan bola ke arah PSSI, dan disambut meriah bahkan dengan tepuk tangan (1) Suatu perkembangan yang luar biasa ketika ada kekuatiran mengenai keamanan (ketertiban penonton) dan kenyamanan. 

Keamanan dan ketertiban menjadi faktor penting. Indonesia punya rekam jejak yang kiranya dinilai kurang dalam hal keamanan pada saat menghelat sepakbola. Olahraga yang sangat digemari pada semua kalangan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline